Story cover for Luka Kemarin by itzOdy_
Luka Kemarin
  • WpView
    Reads 24
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 6
  • WpView
    Reads 24
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 6
Ongoing, First published Apr 29
Cerita ini lahir dari perjalanan panjang untuk memahami luka dan kehilangan. Ia ditulis di sebuah kota yang dulu penuh kenangan-tempat aku dan dia pernah berbagi cerita. Kota itu kini hanya menjadi saksi bisu, karena tak ada lagi kata "kita," hanya tersisa "aku" dan "dia."
Setiap halaman dalam cerita ini memuat serpihan perasaan yang sesakit dan sepatah-patahnya, ditulis saat ikhlas masih terasa begitu jauh. Dalam perjalanan ini, aku mencoba berdamai dengan kenyataan, meski langkahku sering terhenti oleh bayang-bayang masa lalu. Buku ini bukan sekadar catatan dari luka, tetapi juga upaya untuk bangkit, meski tertatih.
Aku menulis cerita ini dalam keadaan yang mungkin tidak akan terlihat oleh siapa pun-saat dunia terus berjalan, tetapi aku terhenti di tengah rasa sakit yang belum mampu sepenuhnya kuterima. Ikhlas, sebuah kata yang sering diucapkan orang-orang, terasa begitu jauh dari jangkauan. Namun, dalam setiap kepingan yang kutulis, aku menemukan ruang untuk berdiri tegak, meski tidak selalu tanpa goyah.
Melalui cerita ini, aku berharap siapa pun yang membaca dapat menemukan cermin untuk perjalanan mereka sendiri. Karena terkadang kita terlalu sibuk menyembunyikan luka dan mencoba menjadi kuat. Padahal, kekuatan sejati adalah menerima bahwa luka itu ada dan perlahan berusaha mengobatinya.
Terima kasih kepada mereka yang telah memberikan dukungan, baik dengan kehadiran maupun doa yang tak pernah kutahu. Semoga buku ini bisa menjadi teman dalam perjalanan hidupmu, sebuah pengingat bahwa kita tidak pernah benar-benar sendiri.
Salam hangat,

Lea
All Rights Reserved
Sign up to add Luka Kemarin to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Kakti by RezaOhany
8 parts Ongoing Mature
"Pisau Bernama Keluarga" Bagiku, keluarga adalah pisau kecil. Tajamnya tak terlihat, tapi lukanya dalam. Ia tak menebas, hanya menyayat pelan-cukup untuk membuatku berdarah tanpa tahu dari mana perihnya berasal. Orang lain menyebutnya tempat pulang. Tapi aku menyebutnya tempat pertama kali aku belajar bagaimana rasanya tak dianggap. Mereka bilang cinta tak perlu diucapkan, cukup dirasakan. Tapi bagaimana bisa aku merasakan sesuatu yang bahkan bayangannya pun tak ada? Mama, Papa... Aku berdiri di depan kalian, tapi kalian menatap tembus pandang. Aku bicara, tapi yang kalian dengar hanya kesalahan masa lalu. Dan malam-malam sepi seperti ini, aku cuma ingin tahu: Jika keluarga adalah luka, Apakah sembuh berarti menjauh? Atau... harus kuanggap mereka hanya mimpi buruk yang belum selesai Di ulang tahunnya yang ke-20, Arabella hanya ditemani hujan, kue pink, dan sebuah kaktus kecil bernama Momo. Tak ada ucapan, tak ada pelukan. Hanya sunyi yang menggema di kamar kosong. Ia bukan sedang patah hati karena cinta. Tapi karena rumah yang tak lagi menjadi rumah. Karena keluarga yang semakin jauh, bahkan untuk sekadar menyimpan nomornya pun tak sudi. "Apakah satu pelukan dari mama dan papa terlalu sulit untuk diberikan?" Di dunia yang terus berjalan, Arabella terjebak dalam labirin luka dan rindu yang tak berbalas. Tapi ia masih bertahan-untuk membuktikan, ia lebih kuat dari yang mereka kira. Satu malam, satu tangis, satu jiwa yang mencoba bangkit. Selami kisah Arabella. Sebuah cerita tentang kehilangan, harapan, dan keberanian untuk tetap hidup meski dunia terasa hampa.
Puing luka by ummy12
24 parts Complete
"Malam itu menjadi awal dari mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan." Aluna kehilangan segalanya dalam satu malam-rasa aman, harga diri, dan harapan. Ia hancur oleh luka yang tak terlihat mata, tapi mengoyak jiwanya habis-habisan. Kehamilan yang datang dari pemerkosaan membuatnya ingin menyerah. Namun dalam reruntuhan hidupnya, ada dua hal yang terus menahannya agar tetap berdiri: keluarga yang tak pernah berhenti mencintai, dan janin kecil dalam rahimnya yang menjadi alasan untuk bertahan. Sejak itu, Aluna membenci laki-laki. Ketakutannya begitu dalam, hingga setiap tatapan dan suara laki-laki bisa membuat tubuhnya gemetar. Tapi ia tidak bisa menolak kehadiran laki-laki itu-sosok yang bertanggung jawab, yang tak pernah pergi, yang terus mengirim bunga, hadiah, dan surat-surat haru berisi penyesalan serta doa. "Aku tahu aku tak bisa menghapus malam itu. Tapi setiap langkah yang kamu ambil hari ini, adalah langkah keberanian luar biasa. Kamu tidak sendirian." - A. Hari demi hari, tembok kebekuan di hati Aluna mulai retak. Bukan karena dia lupa, bukan karena dia memaafkan dengan mudah, tapi karena perlahan, ia mulai membuka diri terhadap kemungkinan: bahwa tidak semua luka harus berdarah selamanya. Akankah Aluna mampu menghadapi masa lalunya? Mampukah ia membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupnya lagi-meski dari kejauhan? Sebuah kisah tentang luka, keberanian, dan cinta yang lahir dari kehancuran. Untukmu yang sedang berjuang: kamu tidak sendirian.
You may also like
Slide 1 of 8
Kakti cover
Masih Ada Kamu di Setiap Luka [TAMAT] cover
Puing luka cover
Cerita Rein (SUDAH TERBIT) cover
BUNGA KEMBALI cover
Promise cover
Antara dosa dan Cinta Pertama cover
ANTARA DOA DAN RASA cover

Kakti

8 parts Ongoing Mature

"Pisau Bernama Keluarga" Bagiku, keluarga adalah pisau kecil. Tajamnya tak terlihat, tapi lukanya dalam. Ia tak menebas, hanya menyayat pelan-cukup untuk membuatku berdarah tanpa tahu dari mana perihnya berasal. Orang lain menyebutnya tempat pulang. Tapi aku menyebutnya tempat pertama kali aku belajar bagaimana rasanya tak dianggap. Mereka bilang cinta tak perlu diucapkan, cukup dirasakan. Tapi bagaimana bisa aku merasakan sesuatu yang bahkan bayangannya pun tak ada? Mama, Papa... Aku berdiri di depan kalian, tapi kalian menatap tembus pandang. Aku bicara, tapi yang kalian dengar hanya kesalahan masa lalu. Dan malam-malam sepi seperti ini, aku cuma ingin tahu: Jika keluarga adalah luka, Apakah sembuh berarti menjauh? Atau... harus kuanggap mereka hanya mimpi buruk yang belum selesai Di ulang tahunnya yang ke-20, Arabella hanya ditemani hujan, kue pink, dan sebuah kaktus kecil bernama Momo. Tak ada ucapan, tak ada pelukan. Hanya sunyi yang menggema di kamar kosong. Ia bukan sedang patah hati karena cinta. Tapi karena rumah yang tak lagi menjadi rumah. Karena keluarga yang semakin jauh, bahkan untuk sekadar menyimpan nomornya pun tak sudi. "Apakah satu pelukan dari mama dan papa terlalu sulit untuk diberikan?" Di dunia yang terus berjalan, Arabella terjebak dalam labirin luka dan rindu yang tak berbalas. Tapi ia masih bertahan-untuk membuktikan, ia lebih kuat dari yang mereka kira. Satu malam, satu tangis, satu jiwa yang mencoba bangkit. Selami kisah Arabella. Sebuah cerita tentang kehilangan, harapan, dan keberanian untuk tetap hidup meski dunia terasa hampa.