
Nandikara dan Mandira tumbuh bersama sejak orok-tertawa, menangis, bertengkar, dan berbaikan sudah jadi bagian dari keseharian mereka. Persahabatan mereka tampak sempurna, nyaris tak tergoyahkan. Tapi siapa sangka, di tengah proses tumbuh kembang itu, diam-diam muncul percikan rasa yang tak bisa dijelaskan. Sayangnya, keduanya terlalu nyaman untuk sadar... atau terlalu takut untuk mengaku. Masihkah mereka bisa berteman seperti dulu? Atau justru takdir punya rencana yang lebih rumit dari sekadar 'hanya teman'? ©wordsbyishaniAll Rights Reserved
1 part