Apapun yang ada di hidup Frinka hanyalah kepalsuan dan penganggu. Mulai dari sekumpulan teman busuk yang hanya memasang kepalsuan sebagai tameng sampai senyum sinis dan tatapan tajam yang Frinka pasang sebagai penutup butiran air mata yang mengalir tanpa seorang yang tau. Apalagi, segerombolan cowok menyebalkan yang selalu menganggunya. Gerombolan dengan ketua bernama Azkan. Dan satu lagi pengganggu hidupnya, si berandal sekolah bernama Gavin yang kini gencar mendekatinya. Sungguh buruk hidup seorang Frinka. Semakin buruk dengan keadan keluarga Frinka, serta kepercayaan yang telah dia berikan pada seseorang yang berhasil menelusup ke hatinya dirusak dengan kebohongan dibaliknya.