Story cover for Dear, Sugar Baby by Zi_Aldina
Dear, Sugar Baby
  • WpView
    Reads 487
  • WpVote
    Votes 30
  • WpPart
    Parts 8
  • WpView
    Reads 487
  • WpVote
    Votes 30
  • WpPart
    Parts 8
Ongoing, First published May 11
Saat pintu terbuka, Alviro Mahardika membeku di tempat. Yang muncul di depannya bukan Sugar Baby nakal dan glamor seperti bayangannya. Tapi Seorang gadis imut, berwajah polos dan berjilbab? Serius, berjilbab?!

Ini pasti salah alamat.... Justru keanehan itu yang membuat Alviro semakin tertarik, seolah ada sesuatu yang mengikatnya pada Ivy lebih dari sekedar transaksi satu malam.
All Rights Reserved
Sign up to add Dear, Sugar Baby to your library and receive updates
or
#232sugarbaby
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Di Balik Kacamata [END] cover
HUSBAND [END] cover
His Dangerous Love ✓ [END] cover
As Possible  cover
Pregnant with Rebel Prince cover
Marga Alvarezka cover
on my way (Crazy Bos) Republishing cover
Say Yes, B*tch! ✓ cover
Rahim sewaan cover

Di Balik Kacamata [END]

72 parts Complete

Hidup di perantauan, jauh dari keluarga, jauh dari rumah, selalu merasa sendiri meskipun ada banyak orang di kota metropolitan yang hampir sama padatnya dengan ibu kota. Perjalanan hidup yang tak mudah, apalagi bagi wanita yang sudah berusia lebih dari seperempat abad sepertiku. Aku kira hatiku sudah mati rasa, tapi sepertinya itu hanya praduga. Tak ada awalan berupa perjodohan maupun ta'aruf, seperti yang pernah aku jalani dulu. Hanya pertemuan alami yang tak terlepas dari kehendak Tuhan. Nyatanya tanpa ku sadari, hatiku perlahan jatuh pada seorang pria berkacamata yang awalnya bahkan tak mendapat perhatian khusus dariku. Perlahan, hal yang biasa berubah menjadi sesuatu yang tidak biasa karena terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Satu hal yang terlambat aku sadari adalah kenyataan bahwa setiap manusia memiliki rahasia yang tak diketahui oleh manusia lainnya, begitupun dia. Sesuatu yang tersembunyi rapat di balik kacamata yang ia gunakan. Kacamata itu menjadi dinding pembatas yang menghalangi orang untuk mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Pada akhirnya, pilihan tetap berada di tanganku. Mau tetap bertahan atau malah memutuskan untuk pergi?