Story cover for Kopi Malam Buka Sampai Pagi by bahtera_yusuf
Kopi Malam Buka Sampai Pagi
  • WpView
    Reads 36
  • WpVote
    Votes 9
  • WpPart
    Parts 9
  • WpView
    Reads 36
  • WpVote
    Votes 9
  • WpPart
    Parts 9
Ongoing, First published May 12
"Di umur berapa orang-orang mulai menyerah dengan mimpinya?"

Elang, penjaga warung kopi kecil di sudut kota, diam-diam mencatat kisah-kisah itu.

Setiap malam, warungnya menjadi tempat persinggahan orang-orang yang dulu pernah bermimpi, dan kini datang hanya untuk mengenang (menyesal).

Mereka datang satu per satu. Duduk. Diam. Tatapan berat penuh penyesalan dan kesedihan. Dan Elang mendengarkan semuanya, mencatatnya di buku kecil yang tidak pernah dibaca siapa pun.

Karena begitulah hidup, tidak semua orang bisa jadi bintang. Tidak semua mimpi punya jalan pulang.
Ada yang sudah berusaha sekuat tenaga, sudah didukung keluarga, masalah ekonomi bukan hambatan, tapi tetap gagal.

Karena terkadang, yang menjadi penghalang bukan sistem, bukan keadaan, bukan pula diri sendiri, melainkan takdir yang tidak berpihak.

Dan di tengah semua itu, Elang menulis.
Bukan untuk dikenal. Bukan untuk menang. Tapi agar kesedihan orang-orang yang menyerah tidak lenyap begitu saja.

"Jika aku tak bisa menyelamatkan mereka, biarlah aku mengenang mereka."

"Jika aku tak bisa membela mimpi mereka, biarlah aku menuliskannya sampai habis."


(Cerita ini Aku tulis karena terinspirasi dari Dead Poets Society dan lagu Piano Man - Billy Joel)
Cover cerita dibuat ChatGPT
All Rights Reserved
Sign up to add Kopi Malam Buka Sampai Pagi to your library and receive updates
or
#1dreamers
Content Guidelines
You may also like
Tentang Pemimpi (Kisah Meraih Beasiswa LPDP) by danaasmara
34 parts Complete
Danasmara, ia berperawakan tinggi. Rambutnya lebat, sedikit berombak. Matanya hitam kecoklatan, seringkali ada rona merah yang memperjelas bahwa malamnya tak senyenyak manusia lain. Yang ku tahu, Danasmara memiliki mimpi yang besar, lebih besar dari tubuh kurusnya dikali seratus. Tepat setelah memutuskan jadi pemimpi, ia mulai merangkai kata-kata sakti. Aku sedikit ingat, kata-kata itu terdengar seperti ini, "Aku berusaha tetap terjaga, disaat waktu dunia membuat yang lain mulai terlelap.". Seringkali aku juga meremehkan keyakinannya. Dan kadang ia malah berhasil membalikkan perhitunganku, kemudian aku juga turut terinspirasi atas perjuangan tak masuk akalnya. Dan kau tahu kawan, apa yang terlihat sakti dari dia? Terkadang ia membahasakan firman Tuhan dengan semena-mena, tapi ajaib, bahasa itu mampu dengan mudah aku mengerti. Hatiku tersapu sekaligus tersipu, seolah aku diajak semakin dekat dengan Tuhanku. Danasamara, sesekali ia memiliki kebijaksanaan melebihi usianya. Ia dengan mudahnya memandang biasa apa saja yang teramat diinginkan manusia lain. Aku sempat berpikir, jangan-jangan ia bukan manusia. Ada semacam deduksi yang menyimpulkan bahwa Danasmara seringkali memiliki ciri asing, ia bisa jadi adalah traveler dari planet lain. Planet yang tidak memiliki banyak air, sebab aku masih ingat bagaimana ia memiliki pedoman yang aneh tentang mandi. Katanya, "mandi hanya untuk orang-orang yang merasa bahwa dirinya itu kotor." Aku menyangkal. Dan sayangnya, manusia lain mengamini pedoman hidup itu..
You may also like
Slide 1 of 9
Everything You Are cover
Empty | 00L NCT Dream cover
White Lily cover
Ecosillia cover
The Silence That Shaped Me cover
MAHESWARI  (selesai) cover
Tentang Pemimpi (Kisah Meraih Beasiswa LPDP) cover
Jodoh Untuk Adel (END)✅ cover
ETERNITY [END✓] cover

Everything You Are

12 parts Ongoing

Malam itu, hujan turun perlahan, menyisakan genangan kecil di trotoar kota yang tak pernah tidur. Lampu-lampu jalan memantulkan cahaya ke aspal basah, menciptakan bayangan yang bergerak seiring langkah-langkahnya. Ia berdiri di bawah kanopi sebuah kedai kopi, mengamati dunia yang terus berjalan, seakan waktu tak pernah peduli pada mereka yang tertinggal. Di hadapannya, wajah yang begitu akrab kembali hadir. Senyum yang pernah menjadi tempatnya berlindung kini tampak samar di balik tirai hujan. Mata mereka bertemu, saling mencari jawaban yang tak pernah benar-benar diucapkan. Tak ada kata yang keluar, hanya hembusan napas yang menggantung di udara malam. Mereka pernah hampir hancur, dunia telah berulang kali menjatuhkan mereka, tapi entah bagaimana, mereka selalu menemukan jalan kembali. Seperti malam ini. Seperti setiap kali mereka berdiri di ambang keputusasaan, saling meraih sebelum tenggelam lebih dalam. Bukan untuk selamanya, bukan untuk memastikan esok, tapi cukup untuk saat ini. Ia ingin mengingat momen ini, mengukirnya dalam kenangan, menulisnya dalam surat yang kelak akan ia ceritakan. Bahwa pernah ada seseorang yang mencintainya tanpa syarat, tanpa perlu menjadi sempurna. Bahwa di dunia yang sering kali kejam, ia pernah merasa diterima seutuhnya. Dan mungkin, itu sudah cukup.