Bagi Aruna, cinta adalah perjuangan. Ia percaya, jika seseorang berjuang cukup keras, maka tak ada alasan untuk gagal. Keyakinan itu membuatnya rela menunggu, bertahan, bahkan menutup mata terhadap banyak hal, hanya demi mempertahankan hubungannya dengan Raka. Raka pernah jadi segalanya. Dia adalah rumah, tempat Aruna bersandar ketika dunia terasa berat. Tapi seiring waktu, rumah itu berubah menjadi asing. Pintu yang dulu terbuka lebar kini perlahan tertutup. Raka mulai menjauh, tanpa penjelasan, tanpa alasan yang jelas-kecuali satu: ada orang lain di hatinya. Aruna tersisa sendirian, menatap reruntuhan yang pernah ia bangun dengan sepenuh hati. Ia dipaksa menyerah, seakan semua usahanya tak pernah berarti. Sakitnya bukan hanya karena ditinggalkan, melainkan karena ia menyadari dirinya kalah dalam permainan cinta. "Kali ini aku kalah," batinnya berulang kali, "kau dan dia pemenangnya." Namun, hidup tak berhenti di titik paling pahit. Dalam kepedihan yang mendalam, Aruna belajar untuk melihat dirinya sendiri. Ia sadar, terlalu lama ia menaruh seluruh mahkota pada seseorang yang akhirnya memilih pergi. Dan di saat itulah ia menemukan arti baru dari cinta-bahwa cinta bukan sekadar memiliki, melainkan keberanian untuk melepaskan. Sadrah adalah kisah tentang kekalahan, tapi bukan tentang kehancuran. Ia adalah perjalanan seseorang yang jatuh sedalam-dalamnya, hanya untuk bangkit lagi dengan cara yang lebih tenang. Sebuah kisah yang mengajarkan bahwa kadang, justru saat kita kalah dalam cinta, kita menemukan kembali diri kita yang sesungguhnya.All Rights Reserved
1 part