Story cover for Terikat pernikahan  by morenzt
Terikat pernikahan
  • WpView
    Reads 139
  • WpVote
    Votes 57
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 139
  • WpVote
    Votes 57
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published May 13
" tidak baik seorang wanita mengemis di depan seorang pria" ucap seorang pria bersorban hitam dengan wajah datarnya.
Kahfi menarik lengan baju perempuan itu agar ia berdiri.

" tutup aurat mu ukhti," Kahfi membuka sorban yang menutupi setengah wajahnya,lalu ia memasang kan sorban nya di kepala perempuan tadi.

" saya yang akan tanggung jawab atas kehamilan mu,"

Spontan perempuan itu segera menggeleng dan menolak halus.
" Tidak. saya tidak mau,yang seharusnya bertanggung jawab adalah orang yang sudah menghamili saya kak"

" Dan saya tidak menerima penolakan mu. Saya tidak suka seorang perempuan mengemis di depan pria bejat"

" mari tunjukan rumah mu"Titahnya  terhadap perempuan yang masih muda darinya.
All Rights Reserved
Sign up to add Terikat pernikahan to your library and receive updates
or
#337pensi
Content Guidelines
You may also like
Sailing With You [END] by veyanaardiani
65 parts Complete
Perjalanan kisah cinta Gara seorang naval architect muda dengan Arunika mahasiswi magang yang bekerja membantunya. Siapa sangka pertemuan takdir itu mengungkap kisah masa lalu yang dipenuhi kesalahpahaman. Akankah bahtera Gara dan Arunika bisa terus berlayar di antara badai yang menerjang ? ..... Ceklek Sontak Gara menoleh. Dengan panik dia berlari namun naas kakinya tergelincir cairan licin di lantai. Tubuh Gara oleng tak seimbang namun dia berhasil menstabilkannya dengan gerakan reflek yang ia lakukan. Arun berkedip-kedip melihat pemandangan di depannya. Dia memang tak asing melihat cowok bertelanjang dada. Ardi sepupunya selalu begitu saat di rumah ketika gerah. Begitupun teman-temannya saat di kelas sehabis pelajaran olah raga. Tapi yang ia lihat kini Gara. Suaminya. Yang masih untouchable. "Mas Gara ngapain nari sambil handukan gitu ?"ceplos Arun menyembunyikan debaran di balik ekspresi heran. "Hah ?! Aku nggak lagi nari, Arun. Ini hampir jatoh" What the hell !!! nari ? Arun ngira gue nari ?! Masa gue tadi gemulai ? Padahal kehormatannya sebagai suami hampir di ujung tanduk begitu. Untung saja dirinya tidak jatuh tengkurap di hadapan Arun. Syukurlah hari ini masih bisa jaim (jaga image) "Oh.." Arun tak ambil pusing dan berjalan mengambil alat pelnya. ..... "Nama urus belakanganlah. Cari ukurannya dulu. Dihitung dirancang dulu. Baru dikasih nama." "No !!! Nggak bisa gituu. Bagi gue kapal itu udah kaya anak. Jadi ya kasih nama dulu baru dirawat dan dibesarkan sepenuh hati" terang Shofi. "Ya kan sebelum anak lahir lo harus bikin dulu. Ngidam dulu. Lahiran dulu. Baru dikasih nama" "Hmmmm....begitu ya" Shofi manggut-manggut membenarkan perkataan Arun. "Eiiiits....bentar-bentar. Bikin dulu ?! Ngidam dulu ?!" Ulang Shofi. "Tumben lo ikutan gak jelas nanggepin metafora gue" heran Shofi. Arun tersadar. Mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap lurus Shofi di depannya. "Iya juga." jawabnya singkat dan meneruskan kembali bacaannya dengan cuek.
Bukan Istri Bayaran(End) by Xoxo_C24
25 parts Complete
#Prolog Seorang wanita tengah duduk di single sofa seraya menyandarkan punggungnya di sandaran sofa. Ia memejamkan matanya kemudian menghembuskan nafasnya. Tak jauh dari itu,tampak seorang pria yang berjalan dengan langkah cepat namun terdengar tegas. Mendengar suara langkah kaki itu,lantas wanita itu membuka kedua matanya dan menoleh untuk melihat siapa yang berjalan. Setelah dia melihat pemilik langkah kaki tersebut,senyumannya pun merekah. Ia berdiri dan berjalan menghampiri pria itu. "Bagaimana?" Tanya wanita itu seraya terus mengikuti pria tersebut yang tetap saja berjalan. Pria tersebut duduk diikuti dengan wanita itu disebelahnya. Wanita itu terus saja menatap wajah pria tersebut yang menampakkan ekspresi kesal. "Ayahku belum menyetujuinya." Akhirnya pria tersebut membuka suara. Wanita itu mengeryit tatkala mendengar jawaban yang terlontar oleh pria disebelahnya ini. "Dia bilang,saudaraku belum memiliki pasangan ataupun calon. Kita berdua harus menunggunya hingga dia menikah. Dan aku tidak boleh mendahuluinya." "Lalu bagaimana ini? Kembaranmu itu bahkan belum memiliki calon. Bagaimana dia ingin menikah. Mau sampai kapan kita menunggunya? Sampai anak di kandunganku ini lahir dan semua orang akan tahu bahwa aku hamil diluar nikah karenamu? Keluargaku dan keluargamu akan malu jika hal ini sampai terjadi." Pria tersebut mengusap lengan kiri sang wanita bermaksud agar wanita yang ada disebelahnya tenang. "Itu tak akan terjadi,Sayang. Akan kupastikan jika nantinya adikku itu memiliki calon dan kita berdua bisa menikah." Pria tersebut tersenyum diikuti dengan sang wanita yang juga ikut tersenyum.
You may also like
Slide 1 of 7
Sailing With You [END] cover
Writtin' My Way Out cover
Waiting For You cover
Sorban pembawa jodoh  (On Going) cover
Warmindo cover
Allah, Can I Confess? cover
Bukan Istri Bayaran(End) cover

Sailing With You [END]

65 parts Complete

Perjalanan kisah cinta Gara seorang naval architect muda dengan Arunika mahasiswi magang yang bekerja membantunya. Siapa sangka pertemuan takdir itu mengungkap kisah masa lalu yang dipenuhi kesalahpahaman. Akankah bahtera Gara dan Arunika bisa terus berlayar di antara badai yang menerjang ? ..... Ceklek Sontak Gara menoleh. Dengan panik dia berlari namun naas kakinya tergelincir cairan licin di lantai. Tubuh Gara oleng tak seimbang namun dia berhasil menstabilkannya dengan gerakan reflek yang ia lakukan. Arun berkedip-kedip melihat pemandangan di depannya. Dia memang tak asing melihat cowok bertelanjang dada. Ardi sepupunya selalu begitu saat di rumah ketika gerah. Begitupun teman-temannya saat di kelas sehabis pelajaran olah raga. Tapi yang ia lihat kini Gara. Suaminya. Yang masih untouchable. "Mas Gara ngapain nari sambil handukan gitu ?"ceplos Arun menyembunyikan debaran di balik ekspresi heran. "Hah ?! Aku nggak lagi nari, Arun. Ini hampir jatoh" What the hell !!! nari ? Arun ngira gue nari ?! Masa gue tadi gemulai ? Padahal kehormatannya sebagai suami hampir di ujung tanduk begitu. Untung saja dirinya tidak jatuh tengkurap di hadapan Arun. Syukurlah hari ini masih bisa jaim (jaga image) "Oh.." Arun tak ambil pusing dan berjalan mengambil alat pelnya. ..... "Nama urus belakanganlah. Cari ukurannya dulu. Dihitung dirancang dulu. Baru dikasih nama." "No !!! Nggak bisa gituu. Bagi gue kapal itu udah kaya anak. Jadi ya kasih nama dulu baru dirawat dan dibesarkan sepenuh hati" terang Shofi. "Ya kan sebelum anak lahir lo harus bikin dulu. Ngidam dulu. Lahiran dulu. Baru dikasih nama" "Hmmmm....begitu ya" Shofi manggut-manggut membenarkan perkataan Arun. "Eiiiits....bentar-bentar. Bikin dulu ?! Ngidam dulu ?!" Ulang Shofi. "Tumben lo ikutan gak jelas nanggepin metafora gue" heran Shofi. Arun tersadar. Mengalihkan pandangannya dari buku dan menatap lurus Shofi di depannya. "Iya juga." jawabnya singkat dan meneruskan kembali bacaannya dengan cuek.