Story cover for Paper House by assyffarama
Paper House
  • WpView
    Reads 4
  • WpVote
    Votes 3
  • WpPart
    Parts 4
  • WpView
    Reads 4
  • WpVote
    Votes 3
  • WpPart
    Parts 4
Ongoing, First published May 18
Aku tidak tahu jika datang ke London akan membuatku berhadapan dengan banyak hal baru. hal-hal yang membuatku makin tersadar kalau setiap manusia itu sama-sama merasakan kesedihannya masing-masing, tidak selalu hanya orang dewasa yang bertaruh dengan mentalnya, malangnya kenyataan pahit berkata kalau anak kecil pun juga mengalaminya. 

Disinilah sekarang tempatku berteduh dari hujan dan badai, panas dan dingin, yaitu rumah keluarga Phoenix. Rumah yang kalau di lihat dari jauh tampak baik-baik saja, namun semakin di dekati semuanya akan terasa jelas apa yang terjadi di dalamnya. Karakter dari setiap penghuninya sangat berbeda-beda. Sedihnya ada seseorang yang tidak tahu bagaimana caranya mengikhlaskan, dilain sisi ada seorang anak yang mengharapkan belas kasih lebih dari seorang Ayah.
All Rights Reserved
Sign up to add Paper House to your library and receive updates
or
#682london
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
TOO MUCH (Tamat) cover
Memories in Moon cover
Villain Also Has A Reason [END] cover
Menyesal Telah Menyakitimu cover
DIA YANG TERBUANG cover
Suamiku Orang yang Menodaiku di Masa Lalu cover
DEMIGOD cover
Don't Cry cover
BYE, MANTAN! (TAMAT) cover

TOO MUCH (Tamat)

26 parts Complete

Why aku harus menjalani rentetan kesialan? Tidak bisakah aku sekadar bernapas tanpa perlu mencemaskan apa pun? Mengapa aku harus melanjutkan hidup sebagai karakter bodoh yang faaaaake banget, sih? Orang lain pasti mampu mengambil alih jalan cerita dan mencampai puncak kesuksesan. Namun, aku tidak begitu. Jangankan merancang rencana memperbaiki ekonomi, sekadar berusaha leher tidak kena tebas tokoh penting pun sulit! Aku bermaksud memperbaiki hubungan dengan tokoh penting. Barangkali semua masih bisa kuperbaiki sekalipun mustahil. Namun, lupakan saja! Bukannya penerimaan baik yang kuterima, justru ancaman mati konyol terpampang jelas di hadapanku. Oke, baiklah~ Aku menyerah! Selamat tinggal! Kalian, tokoh penting, ingin membenciku? Silakan saja. Bencilah diriku sepuas hati. Semua tokoh di sini sinting! Bila hidup memberiku lemon, cukup lempar lemonnya ke musuh. Beres!