6 parts Complete Prolog: Tak Bisa Melawan Takdir
Langit sore merona jingga saat Bayu membantu seorang wanita tua menyeberang jalan. Lalu lintas kota ramai, kendaraan melaju dengan ritme sibuk khas perkotaan. Namun, di tengah perhatiannya yang tertuju pada keselamatan si wanita tua, sebuah tubuh menabraknya dari samping.
"Aduh! Maaf!" suara perempuan terdengar panik.
Bayu terhuyung sedikit sebelum menoleh. Seorang gadis berdiri di depannya dengan wajah penuh kebingungan-Tania.
"Aku nggak sengaja! Aku buru-buru dan-"
Klakson keras memotong ucapannya. Keduanya menoleh bersamaan.
Dari kejauhan, sebuah truk besar bermuatan penuh melaju dengan kecepatan tinggi. Jaraknya terlalu dekat, remnya berbunyi memekakkan, tetapi laju kendaraan itu tidak berhenti.
Mata mereka membelalak.
Lalu segalanya menjadi gelap.
---
Bayu terbangun dengan napas tersengal. Udara di sekitarnya terasa sejuk dan beraroma tanah basah. Dia mencoba mengangkat tubuhnya, namun yang ia lihat bukan jalanan kota, melainkan langit biru yang bersih, tak ada gedung-gedung tinggi atau suara kendaraan.
Di hadapannya, sebuah kastil megah menjulang, dengan bendera berkibar di puncaknya.
"Apa ini...?" gumamnya.
Ia merasakan sesuatu yang aneh pada tubuhnya. Pakaiannya berbeda-jubah kebesaran berwarna biru dengan sulaman emas menghiasi dadanya. Tangannya gemetar saat ia menyentuh permukaan kain yang terasa mahal.
Kemudian, suara langkah cepat menghampiri.
"KAMUU?"
Bayu menoleh, dan seketika matanya membesar.
Tania berdiri di depannya, mengenakan gaun anggun berwarna putih gading, dengan sulaman halus di bagian lengan dan pinggangnya. Rambutnya lebih panjang, tersisir rapi dengan hiasan kecil di atas kepalanya. Namun, yang paling mengejutkan bukanlah penampilannya-melainkan ekspresi wajahnya.
"Kau juga di sini?" tanyanya pelan, suaranya bergetar.