Story cover for Rumah Tanpa Tembok by ceritamomiji
Rumah Tanpa Tembok
  • WpView
    Reads 20
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 20
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published May 21
Rumah bukan selalu tentang bangunan. Kadang, ia adalah seseorang yang membuatmu merasa cukup, meski dunia belum ramah.

Alea adalah perempuan berusia 27 tahun yang terbiasa menunda mimpinya demi keluarga. Hidupnya penuh daftar tanggung jawab dan jeda yang tertahan. Hingga Rangga (28 tahun) datang-dengan ketenangan, kesederhanaan, dan cara mencintai yang tak mengikat, tapi memeluk, membuat hidup Alea jadi kembali tergugah.

Dari pertemuan mereka yang biasa-biasa saja, kini tumbuh menjadi hubungan yang pelan-pelan menyentuh luka, ketakutan, dan harapan. Keduanya saling belajar: tentang menerima masa lalu, memilih masa kini, dan percaya pada masa depan.

Dalam dunia yang menuntut segalanya serba cepat dan sempurna, Alea dan Rangga memilih berjalan perlahan, saling menggenggam, dan menciptakan rumah-meskipun tanpa tembok.

"Rumah Tanpa Tembok" adalah kisah tentang dua orang asing yang menemukan rumah di tempat yang tak terduga-dalam pelukan, dalam kata-kata yang tak diucapkan, dan dalam keberanian untuk tetap tinggal.
All Rights Reserved
Sign up to add Rumah Tanpa Tembok to your library and receive updates
or
#13momiji
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
Jejak Sunyi Diantara Hari cover
Dalam Rintik yang Sama cover
Rumah dalam Dekapan cover
Dekat? (Tara & Rara) [TAMAT] cover
TANPA SADAR, KAMU JAWABANNYA cover
Sampai Kita Jadian - Love on Repeat cover
KENAPA BUKAN KAMU YANG AKU TEMUI LEBIH DULU? cover
Rumah Tanpa Peluk cover
Jalan Panjang Menuju Rumah cover
Could you be a home for me? [TAMAT] cover

Jejak Sunyi Diantara Hari

11 parts Ongoing Mature

Hidup tuh kadang nggak se-lurus timeline Instagram. Kadang lo ngerasa sendiri, padahal di keramaian. Kadang lo senyum, tapi dalemnya... kosong. Jejak Sunyi Diantara Hari adalah cerita tentang Ara, Aluna, dan Raka - tiga mahasiswa yang awalnya cuma ketemu karena tugas, tapi malah jadi saling nyambung lewat luka, mimpi, dan kata-kata. Dari koridor kampus sampai sudut paling sepi di kepala masing-masing, mereka nyari arti "rumah" yang sebenernya. Di novel ini lo bakal nemuin percakapan absurd yang relatable, momen sendu yang tiba-tiba nyentil, dan tawa-tawa kecil yang muncul di tengah overthinking. Nggak ada superhero, nggak ada plot twist lebay. Yang ada cuma kita - yang pernah ngerasa hampa, pernah takut kehilangan, tapi masih mau jalan terus, bareng-bareng. Karena kadang, suara sekecil apapun bisa jadi berarti, asal ada yang dengerin.