Story cover for Toko Buku, Puisi, dan Kamu by VDVeloria
Toko Buku, Puisi, dan Kamu
  • WpView
    Reads 222
  • WpVote
    Votes 126
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 222
  • WpVote
    Votes 126
  • WpPart
    Parts 5
Ongoing, First published May 22
Di ujung gang Kota Senandika, ada sebuah toko buku kecil bernama Lentera Hening.
Tak banyak yang tahu tempat itu ada. Tapi mereka yang tengah sunyi, entah kenapa selalu menemukan jalannya ke sana.
Aurora, penjaga toko yang menyimpan terlalu banyak sunyi.
Nara, lelaki asing yang selalu datang hari Selasa, dan membaca puisi tanpa berkata banyak.
Ini bukan kisah cinta yang terburu-buru.
Tapi tentang dua jiwa yang saling mengenal lewat jeda, tatap, dan bait-bait yang tidak pernah benar-benar selesai.
Karena kadang, yang kita butuhkan bukan seorang penyelamat.
Tetapi, seseorang yang cukup berani duduk diam, dan menemani kita pulih.
All Rights Reserved
Sign up to add Toko Buku, Puisi, dan Kamu to your library and receive updates
or
#8slowburnlove
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 8
Selepas Senja Pergi cover
CHRISTIAN EL DANDELION [ The End ] cover
Kamu Milikku cover
ZIELA cover
Satu Senja Terlambat  cover
Langit yang Tak Bisa Kita Sentuh cover
WHISPER OF SILENCE  cover
FALLING IN LOVE  cover

Selepas Senja Pergi

19 parts Complete

Ardika dan Amira adalah dua orang yang bertemu di antara kebetulan-kebetulan kecil-sebuah kertas yang terbuang, sebuah sapaan sederhana di taman kampus. Tidak ada yang tahu bahwa pertemuan itu akan membawa mereka pada kisah yang lebih panjang dari sekadar percakapan ringan di bangku taman. Sampai Ardika akhirnya mengerti. Bahwa cinta tidak diukur dari seberapa lama seseorang tinggal, tapi dari bagaimana ia tetap hidup, bahkan setelah senja pergi. ... Di persimpangan jalan, Ardika berhenti. Menatap langit yang bersih tanpa awan, hanya bintang-bintang yang berkelip kecil, seolah mengamati langkahnya dari jauh. Ia tersenyum, lalu menutup matanya perlahan. "Cinta itu tidak menunggu untuk dimiliki," bisiknya kepada malam. "Ia hanya ingin dirayakan, meski pada akhirnya ia harus pergi." Sejenak ia diam, membiarkan hatinya yang bicara. "Aku menulis namamu di antara bintang-bintang, supaya aku tahu ke mana harus menatap ketika rindu. Aku bisikkan namamu kepada angin, supaya ia membawanya ke mana pun aku pergi. Aku simpan suaramu dalam detak jantungku, supaya aku bisa mendengarmu. Dan aku akan selalu mencintaimu, seperti angin mencintai laut, seperti malam mencintai bintang, tanpa perlu bertanya kapan harus berhenti, bahkan Selepas Senja Pergi."