Story cover for Dari Mamah Untuk Mamah by AzriPratama4
Dari Mamah Untuk Mamah
  • WpView
    Reads 27
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 27
  • WpVote
    Votes 0
  • WpPart
    Parts 5
Ongoing, First published May 26
Di dunia yang begitu ramai, penuh suara dan ambisi, ada satu suara yang tak pernah memaksa untuk didengar, tapi selalu berhasil menyentuh hati-suara seorang ibu.

Aku tumbuh bukan dari kemewahan, bukan pula dari segala yang sempurna. Tapi aku tumbuh dalam pelukan hangat seorang perempuan yang mencintai dengan cara paling sunyi, paling tulus. Ia tidak menanamkan mimpi-mimpi besar dalam kepalaku, tapi ia meletakkan keberanian dalam hatiku.

Perjalanan ini tak pernah mudah. Ada hari-hari di mana aku merasa kalah sebelum bertanding, hari di mana langkah terasa berat bahkan untuk sekadar keluar dari kamar. Tapi di tengah semua itu, ada satu hal yang membuatku tetap bertahan: bayangan Mamah yang berdiri paling depan, bukan sebagai pahlawan yang sempurna, tapi sebagai rumah yang tak pernah menutup pintunya.

Aku menulis ini bukan karena segalanya sudah selesai, tapi justru karena masih banyak hal yang belum sempat kusampaikan. Tentang terima kasih yang sering tertahan di kerongkongan, tentang rindu yang tak bisa dibungkus dengan hadiah, tentang luka yang sembuh karena satu pelukan hangat darinya.

Dan tentang Nazwa-seseorang yang membuatku menyadari bahwa tidak semua anak memiliki pelukan yang sama, rumah yang sama, Mamah yang sama.

Maka, jika cinta adalah warisan, aku ingin mewariskan semua yang pernah Mamah ajarkan kepadaku. Dalam bentuk kata, dalam bentuk kenangan, dalam bentuk keberanian untuk mencintai... bahkan ketika dunia tidak mengajarkan cara untuk itu.

Ini bukan sekadar cerita. Ini adalah bentuk terima kasih, yang selama ini hanya kutulis diam-diam dalam hati.

Dari aku,
Untuk Mamah.
All Rights Reserved
Sign up to add Dari Mamah Untuk Mamah to your library and receive updates
or
#284mamah
Content Guidelines
You may also like
Eliinaa by vfryfrljnvsnmtm
5 parts Complete
Apa yang terlintas di benak kalian ketika mendengar kata 'Rumah' ? Tempat nyaman dipenuhi kehangatan? Tempat berlindung dari terpaan badai kehidupan? Pasti itu kan yang terlintas di benak kalian? Sayangnya, 'Rumah' yang ada di kehidupanku jauh berbeda dari semua itu. Kehangatan berubah menjadi kepedihan. Tempat yang seharusnya jadi tempat berlindung justru jadi tempat yang paling membuatku tertekan. Aku tidak iri, sungguh. Aku hanya ingin merasakan bagaimana rasanya ketika dipeluk oleh ayah dan ibu dengan penuh kasih sayang. Sarapan bersama ayah, ibu, kakak dan aku di pagi hari sambil tertawa ria karena masakan ibu yang gosong mungkin? atau jatuh dari motor saat sedang belajar mengendarainya lalu ayah akan datang dan membantuku berdiri, menenangkanku sambil berkata "Gapapa, ini biasa terjadi kok kalo lagi belajar, pernah dengar pepatah 'kamu nggak bakal bisa berdiri kalau nggak pernah jatuh' kan? Nah, kasus kamu sekarang sama kayak pepatah yang ayah bilang tadi." ? atau saat adzan tiba, ayah akan mengajak ibu, kakak dan aku untuk sholat berjamaah dengan ayah sebagai imamnya ? atau mungkin menjahili kakak yang sedang sibuk belajar lalu aku akan dihadiahi kejar-kejar an dan berakhir dengan aku yang terjatuh lalu menangis, kemudian ibu akan datang mengobati lukaku akibat aksi kejar kejar an tadi sambil mengoceh? Benar-benar keluarga impian bukan? Ya, benar, karena itu 'keluarga impian' maka itu hanya akan jadi 'mimpi' saja. Itu tidak terjadi di kehidupan nyata. Ya, mungkin ada, tapi bukan kehidupanku. Sekarang, rumah sudah tidak lagi menjadi tempat ternyaman dan penuh kehangatan seperti yang kurasakan dulu. Kini rumah hanya menjadi tempat berteduh dari panas dan hujan. Aku telah kehilangan, dan rasa kehilangan ini telah membuatku takut untuk memiliki.
Mahligai Sunyi by AetherSerl
28 parts Complete Mature
Novel "Mahligai Sunyi": Senja mulai menua di balik jendela kaca, membiaskan cahaya jingga yang merayap perlahan di sudut ruangan. Aku duduk dalam diam, menatap kosong pada cangkir teh yang tak lagi mengepul. Aroma melati yang biasa menenangkan kini terasa hambar di inderaku. Aku terjebak dalam pusaran pikiranku sendiri, menggenggam kenyataan yang pahit namun tak bisa kutolak. Aku pernah percaya bahwa cinta adalah tentang memilih satu orang, bertahan dengannya dalam segala cuaca, dalam segala luka. Namun, kini aku mengerti bahwa terkadang, cinta juga berarti kehilangan-kehilangan harapan, kehilangan rasa percaya, bahkan kehilangan diriku sendiri dalam labirin luka yang diciptakan oleh seseorang yang seharusnya menjagaku. Arion adalah cintaku, atau setidaknya pernah menjadi. Aku mempercayainya lebih dari yang seharusnya, mencintainya lebih dari yang pantas. Namun, cinta saja tidak cukup untuk mempertahankan sebuah rumah tangga. Tidak cukup untuk menghindarkanku dari rasa sakit yang berkali-kali ia hadiahkan. Tidak cukup untuk membuatnya berhenti mencari bahagia di tempat lain. Aku telah memaafkan, berkali-kali. Aku telah memberi kesempatan, hingga tak tahu lagi batas dari kata "cukup." Tetapi, sampai kapan aku harus terus bertahan? Sampai kapan aku harus mengorbankan kebahagiaanku sendiri demi menjaga sesuatu yang terus menerus hancur? Dan di sinilah aku, berdiri di persimpangan. Antara bertahan dengan luka atau pergi dengan sisa-sisa keberanian yang kupunya. Aku tidak tahu bagaimana akhir dari kisah ini. Yang kutahu, aku hanya ingin menemukan kembali diriku yang telah lama hilang.
Kawin Kontrak? [COMPLETED] by bilqiss_
23 parts Complete
[COMPLETED] "Jadi lelaki itu yang akan dijodohkan ibu denganku? Tega sekali, Ibu," gerutuku. Aku semakin membulatkan tekadku untuk menolak ini. Tanpa kusadari, ibu melihat ke arah jendela kamarku dan melihatku kesal. Beberapa saat kemudian, terdengar suara pintu kamar diketuk. "Baby, buka pintu!" Pintanya tegas. Aku pun membukakan pintu. Lalu menelungkupkan badanku di atas kasur. Ibuku menarik kursi belajarku mendekat ke arahku dan memandangiku, lalu berkata pelan padaku. "Kau tahu sendiri kan kebiasaan di sini? Kau juga tahu asal usulmu? Kau paham betul, bagaimana ibumu ini bertahan? Semua karena ibumu ini sepakat dengan norma di sini. Mana mungkin kita bisa hidup cukup seperti ini kalau tidak mengikuti itu semua. Baby, kau tahu itu semua. Harusnya kaupun seperti ibumu ini, ikut arus itu." Melihatku tidak memandangnya, ibu terus mengatakan hal-hal yang sebenarnya kami berdua sama sama tahu. "Ibu menikah dengan bapakmu ketika seusiamu. Dengan itu, ibu bisa memiliki rumah ini dan seperangkat alat jahit. Ibu mampu membesarkanmu, menyekolahkanmu, memenuhi segala keinginanmu, dan tidak pernah menyusahkan orang lain. Kau memang tidak pernah bertemu bapakmu, tapi ibumu ini sudah bercerita tentangnya." "Kita hidup tanpa kekurangan. Bahkan bisa membantu sesama. Kita pun hidup bahagia. Mereka yang juga melakukan ini pun juga sama." "Menikah bukan sesuatu yang salah, Baby." Ibuku mengakhirinya dengan kalimat itu, lalu berdiri hendak keluar kamarku. "Tapi menjanda di usia muda bukan keinginanku, Bu." Balasku sebelum ibu keluar kamar. Ibuku berhenti sejenak, kemudian keluar dari kamarku. Happy reading~ Jangan lupa untuk: √ Vote √ Coment √ Kritik dan Saran Hargai author dengan vote, terimakasi💞
You may also like
Slide 1 of 10
Setelah Hujan ( End ✔) cover
JANJI TANPA SUARA  cover
Pelukan Terakhir cover
ALBARA - (Jatuh Cinta Itu Lucu)   cover
Eliinaa cover
Mahligai Sunyi cover
Sekali Lagi (End)  cover
Antara aku dan dunia cover
IF YOU cover
Kawin Kontrak? [COMPLETED] cover

Setelah Hujan ( End ✔)

23 parts Complete

Terkadang, aku tak mengerti mengapa aku tercipta di muka bumi ini. Tak ada yang salah dengan ku. Aku tumbuh dan besar dengan serba kecukupan. Tak kurang apa pun . Kecuali kasih sayang. Kelahiranku tak di inginkan oleh ibu kandungku sendiri. Hal itu membuat aku harus di asingkan di perkebunan teh keluargaku di Bandung. Aku tumbuh di sana dan hidup bersama sebelas asisten rumah tangga yang selalu melimpahiku kasih sayang. Aku selalu bertanya pada Tuhan, apa salahku hingga Ibuku tak mau menerimaku. Hari hari yang ku jalani sangat sepi. Aku mendamba kasih sayang sebagai seorang anak. Aku sepi, sedih dan meratapi nasibku sendiri. Hingga Dia tiba. Dia yang selamatkan aku dari petaka yang aku buat sendiri. Pertemuan itu, membuatku merasakan ada sebuah rasa yang kini tertanam di hatiku. Apakah itu yang di sebut dengan Cinta,? Entahlah..aku tak tahu. Namun, ditengah kebahagiaanku dengannya, Ibu menawarkan pilihan yang berat. Aku akan di akui sebagai anaknya jika aku mau menuruti segala keinginannya. Dan keinginannya adalah, hal terberat yang tak pernah terfikirkan sebelumnya... . . only on Wattpad dodiprayogo