Bukan Gini!!!

Bagi Kayven, hidup di bawah bayang-bayang ekspektasi keluarga selalu terasa seperti siksaan yang dibungkus dengan kata 'cinta.' Ketika sang papa tiba-tiba mengatur perjodohan dengan anak dari kenalan lama, seorang gadis yang konon 'tidak suka cowok.'

"Papa ingin menjodohkan kamu dengan anak dari kenalan papa, umur kamu itu sudah matang, jangan bikin papa ragu dengan orientasi seksual kamu."

Kayven terdiam, napas tertahan sebentar.

"Tapi, Pa..."

Seorang lelaki seusia papanya angkat bicara,

"Anak kami selama ini tidak suka cowok, makannya kami berharap kamu bisa membimbing dia."

Kesempatan.

Dan tiba-tiba semuanya terasa seperti pertunjukan. Dua anak muda dijadikan pion demi menyelamatkan wajah keluarga. Tapi Kayven bukan boneka. Ada satu syarat yang diajukannya sebelum semua ini dimulai:

"Oke, tapi aku mau tinggal di rumah tanpa adanya para orang tua, dan aku ingin Zeyan dan pacarnya juga tinggal bersamaku."

Zeyan adalah dunianya. Seorang teman, pelarian, atau mungkin lebih dari itu. Bersamanya, Kayven merasa bisa jadi diri sendiri, jauh dari aturan dan bisikan tentang normal dan tidak normal.

Di rumah itu, tanpa para orang tua, mereka membangun ulang definisi 'keluarga', sambil menyembunyikan banyak luka yang belum sembuh. Tapi tidak semua kebebasan berarti aman. Dan tidak semua rahasia bisa tetap tersembunyi.