Story cover for Not My Home (Hiatus)  by Ren_Volcer
Not My Home (Hiatus)
  • WpView
    Reads 1,106
  • WpVote
    Votes 268
  • WpPart
    Parts 36
  • WpView
    Reads 1,106
  • WpVote
    Votes 268
  • WpPart
    Parts 36
Ongoing, First published May 31
"Kadang, pulang tidak membuatmu merasa di rumah."

Alvaro tidak ingat siapa dirinya, dan mungkin ia tak ingin mengingat. Hidupnya adalah perjalanan penuh luka, kebisingan yang tak dimengerti, dan wajah-wajah yang terasa asing... hingga semuanya berubah saat ia dibawa ke tempat itu-mansion megah dengan keluarga yang mengaku mengenalnya.

Mereka bilang dia anak mereka. Mereka memeluknya seperti darah daging. Tapi bagaimana jika yang mereka cintai bukan dirinya, melainkan bayangan dari anak yang telah lama hilang?

Di antara kehangatan yang terasa asing dan senyuman yang terlalu sempurna, Alvaro mencoba bertahan. Tapi semakin ia menolak untuk peduli, semakin dalam ia ditarik ke dalam pusaran masa lalu yang seharusnya tak pernah kembali.

Karena rumah... kadang bukan tempatmu merasa aman. Tapi tempat semua rahasia menunggu untuk ditemukan.
All Rights Reserved
Sign up to add Not My Home (Hiatus) to your library and receive updates
or
#149foundfamily
Content Guidelines
You may also like
RUMAH tanpa pintu  by diandlyne
36 parts Ongoing
rumah itu punya dinding. punya atap. punya meja makan dan tempat tidur. tapi tidak punya tempat untuk elira merasa aman. di sana, elira tumbuh seperti bayangan. ada, tapi tak pernah dianggap. dilahirkan bukan karena diharapkan, tapi karena tak sengaja. sejak kecil, elira sudah belajar caranya diam. belajar caranya menyembunyikan luka di balik senyum, dan menyembunyikan jeritannya dalam baris-baris puisi di buku matematikanya. ia bukan anak yang cerewet, bukan juga yang mudah dicintai. tapi bukan berarti ia tidak ingin dipeluk. di sekolah, elira hanya ingin melewati hari. tapi semuanya berubah saat seorang guru baru memperhatikannya lebih dari sekadar nilai. untuk pertama kalinya, elira merasa dilihat. tapi... hidup tidak semudah itu. di saat ia mulai berharap, kenyataan kembali menampar lebih keras. masalah di rumah makin dalam, luka makin dalam, dan batas kesabaran pun makin tipis. ketika elira memutuskan diam-diam untuk pergi... barulah semua mata terbuka. tapi seperti luka yang tak segera diobati-penyesalan pun datang terlambat. ini bukan hanya kisah tentang kehilangan. tapi juga tentang suara-suara yang sering kita abaikan. tentang seseorang yang hanya ingin didengarkan... sebelum akhirnya benar-benar hilang. untuk kamu yang pernah merasa sendirian di tengah keramaian-ini kisahmu. dan jika kamu mengenal seseorang yang sering bilang "ga apa-apa", peluk mereka lebih lama. dengarkan lebih dalam. karena bisa jadi, itu adalah tangisan yang paling sunyi. 😞👍🏻 ---
You may also like
Slide 1 of 9
Being a Good Papa cover
Kesedihan [SELESAI] cover
La Casa del Alma cover
Dibawah atap yang salah (hiatus) cover
Kematian Yang Kau Takuti Itu cover
Yang Tak Terucap... cover
Hujan Yang Tak Pernah Reda (HIATUS)  cover
FAMILY? [END] cover
RUMAH tanpa pintu  cover

Being a Good Papa

20 parts Ongoing

Apa penyesalan dalam hidup yang pernah kalian alami? Kalau Arthan ditanya seperti itu, maka dia akan menjawab ; Menjadi pria yang tidak berguna, sekaligus ayah yang gagal. Setidaknya Arthan ingin sekali dalam hidupnya, dia melakukan hal-hal yang membuat keluarganya bahagia. Namun, hidup yang hanya sekali itu, dia habiskan untuk hal-hal yang sesat. Berjudi, mengabaikan anaknya setelah ditinggal mati oleh istri, dan terlilit hutang hingga rentenir terus berdatangan. Lantas, pada malam dia dikejar oleh rentenir dan anaknya, Alberix, disandera oleh rentenir, Arthan tertabrak truk dan tubuhnya terhempas begitu saja di aspal, hingga aspal itu digenangi oleh darahnya yang menyebar kemana-mana. Malam dimana penyesalan terus berdatangan. Lalu, dengan begitu saja, Arthan menutup mata dengan perasaan bersalah yang menumpuk di dalam dada. Hingga ketika ia membuka mata, bukan alam Barzah lah yang ia lihat, tetapi wajah anaknya yang datar saat sedang melakukan sarapan bersama. Arthan spontan menyeletuk, "Alberuk?" Alberix langsung bombastic side eyes. "Alberix, pa. Not Alberuk, apalagi beruk."