Story cover for MY Amygdala: Malam Takbir Terakhir Ayah by MoonBinEunWoo
MY Amygdala: Malam Takbir Terakhir Ayah
  • WpView
    Reads 21
  • WpVote
    Votes 5
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 21
  • WpVote
    Votes 5
  • WpPart
    Parts 5
Complete, First published May 31
Dalam gelapnya malam takbiran, di tengah gema takbir yang biasanya penuh sukacita, seorang anak menghadapi perpisahan paling menyakitkan dalam hidupnya-kehilangan ayah tercinta. Diambil dari kisah nyata dan penuh emosi, cerita ini menggambarkan bagaimana trauma, cinta, dan kenangan terikat erat di pusat rasa manusia: amigdala.

Kisah ini tidak hanya menyayat hati, tetapi juga menyentuh sisi terdalam psikologis manusia. Sebuah memoar kehilangan yang mengajarkan bagaimana seseorang tetap bisa berdiri meski jiwanya runtuh. Ditulis dalam nuansa yang jujur dan penuh kasih, ini adalah penghormatan untuk sosok ayah yang berpulang di malam yang seharusnya penuh kebahagiaan.
All Rights Reserved
Sign up to add MY Amygdala: Malam Takbir Terakhir Ayah to your library and receive updates
or
#4amygdala
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 9
Langit Kelabu Milik Ara cover
Malik : Bayangan yang memudar (ON GOING) cover
Ombak Rindu dan Janji Terakhir (TAMAT) cover
TERGARISKAN cover
Dalam Dekapan Malam cover
Finding The Light ~ Moqeel  [COMPLETE] cover
Cerita yang Tak Selesai ✨💔🌙 || TAMAT  cover
Keluarga di Ujung Senja cover
Mimpi Sebelum Gelap cover

Langit Kelabu Milik Ara

8 parts Ongoing

"Ada anak-anak yang dilahirkan di bawah langit cerah. Ada pula yang tumbuh di balik kelabu, dengan doa yang tak terdengar." Ara kehilangan ayahnya saat usianya baru 2,5 tahun. Ia tak sempat mengingat hangatnya pelukan seorang ayah, dan kasih ibunya pun jarang ia nikmati. Ibunya sibuk, terlalu sibuk bekerja untuk menghidupi ketiga anaknya seorang diri. Saat usia delapan, ibunya menikah lagi. Tapi kehadiran ayah tiri tak serta-merta mengobati sunyi di hati Ara. Ia tumbuh canggung, asing dengan perhatian yang datang terlambat. Kehidupan membawanya berpindah-pindah-tinggal bersama nenek, berpindah sekolah karena perundungan, lalu hidup seadanya tanpa uang saku, bahkan tanpa makan. Ia dibenci keluarga ibu kandungnya, dimarahi, diusir, dibicarakan. Namun, ia tetap bertahan, hanya karena satu hal: harapan. "Bukan cinta yang menjadikannya kuat, tapi luka yang ia peluk diam-diam." Ara ingin sukses. Ia ingin membalas cinta tulus dari orang-orang yang benar-benar menyayanginya: ibu, ayah tiri, dan nenek kecilnya. Ia ingin mengubah langit kelabu menjadi pelangi, dengan tangannya sendiri.