Tak ada yang benar-benar tahu ke mana hidup akan membawa kita. Kadang, pertemuan paling sederhana justru menyimpan kisah paling rumit dan mendalam. Begitu pula dengan Dipta.
Ia tidak sedang mencari cinta, bahkan tidak pernah terpikir untuk menjemputnya. Dunia Dipta adalah ruang sunyi yang dipenuhi melodi-nada-nada yang ia rangkai sendiri dalam diam, dalam sepi yang sudah lama menjadi sahabat.
Hingga suatu hari, hidup mempertemukannya dengan Aksa-seseorang yang datang dengan tawa hangat dan gitar tua di punggung. Dari persahabatan itulah, sebuah pintu baru terbuka. Pintu menuju sosok yang tak pernah ia sangka akan mengubah segalanya: Clarissa.
Clarissa... adik perempuan Aksa. Gadis yang suaranya seperti musim semi yang menyusup ke musim hujan dalam hati Dipta. Tenang, tulus, dan tanpa sadar... menumbuhkan sesuatu.
Mereka dipertemukan oleh musik. Bukan kebetulan, tapi seolah semesta memang mengatur agar dua jiwa ini bertaut dalam nada yang sama.
Namun, cinta bukan hanya soal bertemu. Ada jarak yang harus dijembatani, ada luka masa lalu yang perlu dimengerti, dan ada batas-batas tak kasatmata yang tak mudah diterabas-terutama saat rasa itu tumbuh pada seseorang yang seharusnya hanya menjadi "adik sahabat".
Dan begitulah, kisah ini dimulai. Dengan satu pertemuan, satu melodi, dan satu perasaan yang perlahan tumbuh tanpa janji. Di antara irama yang tak selalu merdu, mereka belajar bahwa cinta sejati tak selalu datang dengan riuh, melainkan dengan tenang... namun menghujam.
Karena kadang, cinta tak muncul dari pandangan pertama. Ia tumbuh dari kebersamaan yang sederhana, dari suara yang saling melengkapi, dan dari keberanian untuk mencintai... meski harus melawan rasa bersalah.
Dan bagi Dipta, mungkin... Clarissa adalah lagu yang selama ini ia cari.
Bagi Alula, wisuda adalah impian yang kini jadi nyata. Bersama sahabat-sahabatnya, ia siap memulai babak baru dalam hidupnya. Masa abu-abu menjadi titik awal perkenalannya dengan banyak hal baru.
Di tengah semangatnya, ia bertemu dengan Baswara, kakak kelas yang selalu berhasil memancing emosi Alula. Sikapnya yang ceria dan usil membuat hari-hari Alula diisi warna yang tak pernah ia duga. Baswara adalah sosok yang penuh kejutan-terkadang menjengkelkan, tetapi seringkali membuatnya tersenyum diam-diam.
Di antara canda, tawa, dan godaan yang sering membuat Alula mendengus kesal, hubungan mereka perlahan berubah. Di sekolah yang penuh dengan aktivitas, persahabatan, dan ambisi, Alula dan Baswara mulai menemukan bahwa pertemuan mereka adalah awal dari cerita yang tak terduga.
Namun, apakah kedekatan mereka hanya sekadar perasaan sesaat, atau ada sesuatu yang lebih dari sekadar senyuman iseng dan tatapan tak sengaja?