Story cover for Seketika Dunia Menutup Mata by ArenyxStellaneAlther
Seketika Dunia Menutup Mata
  • WpView
    Reads 3
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 1
  • WpView
    Reads 3
  • WpVote
    Votes 1
  • WpPart
    Parts 1
Ongoing, First published Jun 01
Zayden selalu percaya, bahwa kesedihan itu hanya bagian dari hidup yang harus dilewati... sampai semuanya terasa terlalu gelap untuk ditahan sendiri. Setiap malam, ia duduk di depan buku catatannya, menuliskan hal-hal yang tak pernah bisa ia sampaikan-karena dunia terlalu sibuk untuk mendengar, dan orang-orang terlalu mudah untuk lupa.

Di balik senyuman yang jarang muncul, ada jiwa yang hampir runtuh. Di meja kayu itu, tempat ia menulis dan berdoa dalam diam, ada cutter yang diam-diam menjadi saksi bisu... tentang betapa ia berusaha kuat meski tak ada yang benar-benar peduli.

Cerita ini bukan tentang harapan. Ini tentang bertahan ketika tak ada lagi alasan untuk tetap hidup.
Tentang seorang anak laki-laki yang hanya ingin didengar, tapi malah ditinggalkan.
Tentang Zayden, dan tentang bagaimana dunia... perlahan menutup mata.
All Rights Reserved
Sign up to add Seketika Dunia Menutup Mata to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Yang Dulu Melukai,Kini Menyayangi [END] by yord_luis
31 parts Complete Mature
Cerita ini mengisahkan seorang siswa yang hidupnya penuh penderitaan, baik di sekolah maupun di rumah. Ia adalah seorang anak yang lugu, mudah sakit, dan terperangkap dalam masa hidup yang kelam. Di sekolah, ia selalu menjadi sasaran bullying. Teman-temannya menjauhinya, bahkan tak ada satu pun yang mau berteman dengannya. Setiap hari, ia merasa kesepian dan tak berdaya, terjebak dalam dunia yang penuh rasa sakit dan penghinaan. Di rumah, kondisi yang lebih buruk lagi menunggunya. Kedua orang tuanya tidak menunjukkan kasih sayang sama sekali. Alih-alih memberikan dukungan, mereka justru menyiksanya, baik secara fisik maupun emosional. Setiap kali ia mendapatkan nilai yang buruk, atau bahkan tidak mendapatkan nilai seratus, ia akan dihukum dengan tidak diberi makan dan terus disiksa. Kata-kata yang terlontar dari orang tuanya begitu menyakitkan, membuatnya merasa seperti anak yang tidak berguna dan tak pantas untuk dihargai. Kondisi ini membuatnya terpuruk dalam keputusasaan. Ia merasa hidupnya tidak berarti dan mulai berpikir untuk menyerah. Setiap kali dibuli atau disiksa, ia hanya pasrah dan tidak berdaya, seakan-akan dunia ini terlalu berat untuk ia hadapi. Ia tak pernah merasakan kehangatan keluarga yang seharusnya menjadi tempat pelindungnya. Ia selalu iri melihat kebahagiaan orang lain, namun dirinya tak pernah merasakannya. Di luar, wajahnya selalu datar, tak pernah ada senyum yang menghiasi wajahnya. Luka-luka fisik dan emosional yang ia alami menjadi beban berat yang membentuk dirinya menjadi sosok yang tertutup dan terpuruk. Ia hanya bisa bersembunyi di balik kesedihan, tak tahu harus bagaimana lagi untuk bertahan. Bagaimana kisahnya akan berlanjut? Akankah ada secercah harapan yang datang untuk mengubah hidupnya? Mari kita saksikan perjalanan hidupnya yang penuh dengan perjuangan dan air mata... cerita ini murni dari pikiran yana sendiri dan jangan plagiat!!
Terperangkap dalam Diri by AlgiGustiana
20 parts Complete
Sinopsis: Leonhardt selalu terlihat tenang. Bagi orang lain, hidupnya tampak biasa saja-tidak ada yang tahu bahwa di dalam dirinya, ada sesuatu yang terus menghantuinya. Air, suara bentakan, dan kesepian. Semuanya berawal saat ia tenggelam di danau waktu kecil. Saat itu, ia hampir mati. Yang paling menyakitkan bukan hanya dinginnya air yang menelannya, tapi bagaimana teman-temannya hanya tertawa, mengira ia sedang bercanda. Sejak hari itu, setiap kali melihat air, ia kembali ke saat itu-merasakan dadanya sesak, tangan yang berusaha menggapai sesuatu yang tak ada, dan kesadaran bahwa tidak ada yang benar-benar peduli. Namun, trauma itu bukan satu-satunya yang menghantuinya. Sejak kecil, Leonhardt tumbuh dalam lingkungan yang penuh bentakan. Setiap suara keras membuatnya membeku, membuatnya merasa kecil dan tidak berdaya. Setiap teriakan mengingatkannya pada ketakutan yang tidak bisa dijelaskan. Ia selalu gemetar saat seseorang mulai berteriak, bahkan jika itu bukan untuknya. Di sekolah, ia juga tidak pernah benar-benar merasa aman. Bullying yang ia alami tidak selalu berupa pukulan-sering kali, itu hanya ejekan, bisikan kecil di belakangnya, tatapan yang meremehkan. Tapi semua itu cukup untuk membuatnya merasa tidak berharga, cukup untuk membuatnya percaya bahwa ia memang seharusnya sendiri. Semakin ia tumbuh, semakin semua itu menggerogoti pikirannya. Anxiety yang tidak terkendali, OCD yang membuatnya terjebak dalam pola pikirnya sendiri. Ia tidak bisa berada di tempat ramai, tidak bisa mendengar suara keras tanpa merasa ingin melarikan diri. Setiap malam, ia terjebak dalam pikirannya sendiri, mengulang-ulang semua yang terjadi, bertanya-tanya apa yang salah dengannya. Tapi trauma tidak bisa dihindari selamanya. Ketika sebuah kejadian membawanya kembali ke danau itu, Leonhardt dipaksa menghadapi semuanya. Air yang selama ini ia hindari. Ketakutan yang selama ini ia kubur. Dan kenyataan bahwa mungkin, selama ini ia memang sudah tenggelam, bahkan di daratan.
You may also like
Slide 1 of 10
The Blooming Lady [completed] cover
Time Loop cover
Sunyi tak terlihat  cover
Yang Dulu Melukai,Kini Menyayangi [END] cover
𝑶𝒇 𝑻𝒉𝒊𝒏𝒈𝒔 𝑳𝒆𝒇𝒕 𝑼𝒏𝒔𝒂𝒊𝒅 cover
ANTARA DOA DAN RASA cover
Badai, Kapan Berlalu? cover
Angkasa dan Cerita cover
Harapan | Xodiac ✔ cover
Terperangkap dalam Diri cover

The Blooming Lady [completed]

33 parts Complete Mature

"Katakan padaku bagaimana caranya berhenti mencintai seseorang yang bahkan tak pernah mencoba mencintaimu kembali?" Liana tak pernah bermimpi menjadi istri dari lelaki yang menatapnya seperti beban. Ia hanya gadis biasa, yang jatuh terlalu dalam pada laki-laki yang patah dan tak ingin diperbaiki. Pernikahan mereka tak dibangun dari cinta, tapi dari kesunyian yang tak diucapkan, dari janji-janji yang tak pernah dibuat, dan di dalam rahimnya, tumbuh seorang anak yang mungkin tak pernah dirindukan ayahnya. Di balik keheningan rumah yang dingin, di antara senyum pura-pura dan malam tanpa pelukan, Liana menulis surat-surat untuk anaknya. Ia tahu, dunia tak akan memberinya bahu untuk bersandar tapi ia ingin sang anak lahir dari seorang ibu yang pernah mencintai sepenuh hidup, meski dicintai tak pernah jadi bagiannya.