SINOPSIS:
Di SMA Bhayangkara Mandiri, Oniel dikenal sebagai ketua geng paling ditakuti sekaligus dikagumi. Suka bolos, sering berkelahi, tapi diam-diam jenius di kelas. Bersama Gita si wakil ketua yang dingin dan penuh strategi, geng Oniel (yang beranggotakan Olla, Zee, Adel, Lulu, dan Flora) tak pernah terkalahkan dalam "perang wilayah" antar geng SMA di Jakarta.
Namun hidup Oniel berubah ketika seorang murid pindahan masuk ke kelasnya: Indah Cahya Nabila, siswi cemerlang, sopan, penuh empati - dan anak dari pengacara terkenal, Shani dan Gracia. Indah adalah gadis tipe "putri idaman keluarga" yang tidak tahu-menahu dunia kelam geng sekolah.
Awalnya, Oniel tidak peduli. Tapi saat Indah mulai masuk dalam hidupnya - entah karena tugas kelompok, karena mereka sering dihukum bareng, atau karena Indah berani menantangnya - Oniel mulai goyah. Ia jatuh hati, dan untuk pertama kalinya, ingin berubah. Bukan karena terpaksa. Tapi karena cinta.
"Kerja saya begini, Mbak... kotor-kotoran tiap hari. Nggak pantes lah sama orang seperti Mbaknya," ucap Oniel sambil terus memutar kunci inggris, melepaskan baut-baut pada mobil customer yang baru saja masuk bengkel. Tangannya penuh oli, wajahnya basah oleh keringat, tapi tetap ada kesungguhan dalam nada suaranya.
Dari bawah kolong mobil, terdengar suara Olan yang menyahut dengan nada setengah kesal, "Tinggal mau aja apa susahnya sih, Niel? Umur segitu masih jomblo aja, nggak bosen?"
Oniel hanya tersenyum samar, tak menjawab. Tapi dari gerakannya, terlihat jelas: bukan karena dia tak mau, mungkin hanya merasa belum pantas. Sementara Olan, seperti biasa, jadi pengingat keras yang membalut kepeduliannya dengan celetukan.