Anindhya adalah anak kedua dari tiga bersaudara. Kakaknya adalah kebanggaan keluarga-cerdas, ambisius, dan selalu tahu apa yang diinginkan. Adiknya manja, disayang, dan selalu jadi pusat perhatian. Sementara itu, Anin tumbuh di bayang-bayang keduanya-terlihat, tapi tak pernah benar-benar diperhatikan.
Sejak kecil, hidup Anin sudah digariskan: jurusan kuliah harus sesuai keinginan Ayah, cara bicara harus seperti Kakak, dan masa depan harus "aman" menurut Ibu. Ia ingin menjadi pelukis, tapi orang tuanya bersikeras ia masuk kedokteran. Ia ingin hidup sederhana, tapi keluarganya menuntut prestasi demi status sosial.
Di tengah tekanan yang terus menumpuk, Anin mulai mempertanyakan: siapa dirinya, dan untuk siapa ia hidup?
Ketika sebuah kesempatan datang-magang di luar kota sebagai pelukis- Anin harus memilih: mengikuti jalan yang ia inginkan, atau tetap menjadi bayangan demi kebahagiaan orang lain.
"Kak,kalau Tuhan ambil Senja,Kakak engak boleh sedih,itu artinya tugas Kakak jaga Senja udah selesai,Kakak bisa bebas,"
"Ja, jangan buat kata kata kamu seolah nyata,Senja enggak akan pernah pergi dari kakak,Tuhan enggak akan tega pisahin Senja dari Kakak."
17 Tahun gadis bernama Senja hidup tak pernah merasakan hangatnya sebuah keluarga,bahkan secara terang-terangan orang yg ia sebut Mama menganggap Senja bukan anaknya,namun Senja menerima itu semua,tak pernah gadis itu mengeluh,karena Senja selalu yakin dengan Fajar, Kakaknya yg tak pernah lelah menjaganya dari semua luka yg ada.