Story cover for Garis Jodoh di Ujung Kandang by MayaRis_NS23
Garis Jodoh di Ujung Kandang
  • WpView
    Reads 760
  • WpVote
    Votes 66
  • WpPart
    Parts 3
  • WpView
    Reads 760
  • WpVote
    Votes 66
  • WpPart
    Parts 3
Ongoing, First published Jun 06
Kayas datang ke desa ini dengan niat sederhana, diajak bersilaturahmi ke rumah sahabat ayahnya. Namun, siapa sangka takdir malah mempertemukannya dengan seorang duda muda, seorang juragan sapi. Salah paham? Atau memang takdir?

Di desa kecil yang jauh dari hiruk-pikuk ibu kota, dua jiwa asing terikat dalam ikatan yang tak pernah mereka duga. Dia, pria berbekas masa lalu yang sulit membuka hatinya. Dia, gadis pendatang yang keras kepala dan tak mudah menyerah.

Tawa dan air mata berpadu dalam kisah yang bermula di ujung kandang, tempat di mana jodoh, luka, dan harapan saling terjalin. Apa yang sebenarnya terjadi setelah Kayas menginjakkan kaki di sana?
All Rights Reserved
Sign up to add Garis Jodoh di Ujung Kandang to your library and receive updates
or
Content Guidelines
You may also like
Nearby Relations  by Nmikasa24
18 parts Ongoing Mature
Nadine pikir hidupnya sudah cukup berantakan. Baru saja dikhianati orang yang paling dia perjuangkan - David. Pacar yang selama ini dia bela mati-matian di hadapan orang tuanya. Melawan larangan, berdebat tanpa henti, jadi anak paling keras kepala di rumah, semua itu berujung sia-sia. David justru berpaling diam-diam. Belum sempat membereskan lukanya, Nadine dihadapkan pada kejutan lain. Ibunya mengenalkan seseorang. Calon jodoh pilihan keluarga. Dan orang itu... Narendra. Tetangganya sendiri. Yang seumur-umur paling cuma di sapa waktu lebaran doang. --- Narendra datang dengan hidupnya sendiri. Baru pulang dari Jepang, fokus utamanya sederhana: kerja, bangun karier, hidup tenang. Tapi baru juga adaptasi di Jakarta, ibunya sudah datang dengan misi lain: menikah. Dan nama calonnya... Nadine. Anak bawel yang dulu cuma lewat-lewat di depan rumahnya doang. Narendra bisa saja menolak. Tapi bukannya langsung menentang keluarga, dia justru menawarkan sesuatu pada Nadine. Sebuah kesepakatan. Rencananya sederhana: Jalanin aja dulu, kalau memang tidak cocok, keduanya bisa mundur tanpa beban. Dengan alasan yang logis - sudah mencoba, tapi tidak berhasil. Terdengar mudah. Sampai keduanya mulai menyadari... justru bagian paling sulit dari semuanya adalah menahan hati agar tidak benar-benar jatuh. Karena ternyata, perasaan nggak pernah sesederhana itu. "Katanya cuma kesepakatan. Kok malah kayak pacaran beneran?" -------------------------------------------------------- ©Nmikasa2024
You may also like
Slide 1 of 10
Di Balik Kacamata [END] cover
NAIK PELAMINAN [TAMAT LENGKAP] cover
Nearby Relations  cover
Duda dan Janda Menikah (End) cover
Abigail Husband Is Dangerous √Sequel  TDTM√ (SELESAI)  cover
Warisan Tak Terduga [END] cover
Love Over Hate (Complete) cover
Suck It and See (Complete) cover
Jodoh itu, Ketuk Pintu! [TAMAT] cover
Duda Tampan (Tamat) cover

Di Balik Kacamata [END]

72 parts Complete

Hidup di perantauan, jauh dari keluarga, jauh dari rumah, selalu merasa sendiri meskipun ada banyak orang di kota metropolitan yang hampir sama padatnya dengan ibu kota. Perjalanan hidup yang tak mudah, apalagi bagi wanita yang sudah berusia lebih dari seperempat abad sepertiku. Aku kira hatiku sudah mati rasa, tapi sepertinya itu hanya praduga. Tak ada awalan berupa perjodohan maupun ta'aruf, seperti yang pernah aku jalani dulu. Hanya pertemuan alami yang tak terlepas dari kehendak Tuhan. Nyatanya tanpa ku sadari, hatiku perlahan jatuh pada seorang pria berkacamata yang awalnya bahkan tak mendapat perhatian khusus dariku. Perlahan, hal yang biasa berubah menjadi sesuatu yang tidak biasa karena terlalu sering menghabiskan waktu bersama. Satu hal yang terlambat aku sadari adalah kenyataan bahwa setiap manusia memiliki rahasia yang tak diketahui oleh manusia lainnya, begitupun dia. Sesuatu yang tersembunyi rapat di balik kacamata yang ia gunakan. Kacamata itu menjadi dinding pembatas yang menghalangi orang untuk mengetahui jati dirinya yang sesungguhnya. Pada akhirnya, pilihan tetap berada di tanganku. Mau tetap bertahan atau malah memutuskan untuk pergi?