Hanya Butuh Satu Tatapan {Kim Mingyu X Kim Jisoo}

Kim Mingyu bukan anak yang bodoh.
Ia hanya tak secepat teman-temannya memahami dunia... karena dunia terlalu cepat melukainya.

Lahir dari keluarga yang lebih menghargai prestasi daripada perasaan, dan tumbuh di sekolah yang menertawakan kelemahannya, Mingyu belajar bahwa diam adalah satu-satunya cara bertahan hidup.

Ia tak pernah punya teman. Tak pernah dibela.
Bahkan guru-gurunya pun lebih sering menghindar daripada memahami.
Setiap hari adalah luka baru:
dari bangku sekolah yang dingin, dari ruang kelas yang tak ramah,
hingga rumah yang seharusnya menjadi tempat pulang, namun justru paling kejam menyiksa.

Tapi suatu hari, seorang guru baru bernama Kim Jisoo datang.

Ia tak membawa keajaiban. Tak juga membela Mingyu di depan semua orang.

Yang ia lakukan hanyalah... melihat Mingyu.
Bukan sebagai murid bermasalah. Bukan juga sebagai beban.
Tapi sebagai manusia.

Dari tatapan pertama, percakapan kecil, hingga duduk diam bersama...
Jisoo mulai membuka satu demi satu pintu hati yang telah lama dikunci oleh trauma.
Namun semakin ia mengenal Mingyu, semakin ia menyadari bahwa luka anak itu terlalu dalam, dan dunia terlalu buta untuk peduli.

Mampukah satu senyum menghapus puluhan tamparan?
Bisakah tatapan hangat menyembuhkan ribuan hari yang dingin?

Atau justru... ini hanya jadi kisah lain tentang seseorang yang datang terlambat, saat luka sudah menjelma jurang?

"Aku hanya ingin didengar. Tapi bahkan saat aku berteriak, dunia tetap memekakkan telinga."