Aqeela Fernandez punya dunia sendiri-penuh warna, tawa, dan sedikit kekacauan. Mahasiswi Desain Komunikasi Visual ini dikenal cerewet, ceria, dan paling anti ikut aturan hidup... termasuk soal perjodohan. Maka dari itu, saat seorang pria asing bernama Harry Vaughan tiba-tiba nongkrong di teras rumahnya sambil ngetik laptop dengan santai dan mengaku sebagai calon suaminya, Aqeela langsung panik.
Katanya, perjodohan itu hasil ide konyol dari mama Aqeela dan mama Harry yang bersahabat sejak muda. Yang bikin tambah kesal? Kenapa dia yang dijodohkan duluan, bukan kakak-kakaknya?
Aqeela memutuskan kabur ke apartemen demi menjauh dari "drama keluarga." Tapi belum genap satu hari tinggal sendiri, datanglah masalah baru: seorang anak perempuan empat tahun yang tersesat... dan secara ajaib, wajahnya mirip Aqeela kecil.
Lebih parahnya? Tetangga sebelah apartemen itu ternyata adalah Harry. Lagi.
Terjebak dalam situasi tak terduga, Aqeela dan Harry pun menjadi "orang tua dadakan" untuk anak kecil bernama Raqilla. Awalnya hanya penuh drama dan protes, tapi hari demi hari, Aqeela mulai merasakan sesuatu yang ganjil-rasa familiar, deja vu yang menyakitkan, dan momen-momen tertentu yang membuatnya seolah... pernah melalui semua ini sebelumnya.
Harry tetap tenang. Ia selalu memperlakukan Aqeela dengan lembut, seolah menyimpan rahasia besar yang belum waktunya diungkap.
Di tengah kebersamaan yang terpaksa tapi perlahan terasa nyaman, Aqeela mulai mempertanyakan:
Apakah ini benar-benar awal... atau hanya lanjutan dari kisah yang pernah ia lupakan?
Pernikahan adalah hal terakhir yang ada di pikiran Aqeela Clarinta Wijaya-gadis manja, bawel, dan penuh drama. Tapi hidupnya jungkir balik saat tiba-tiba harus menikah dengan Harry Revangga Pratama, CEO muda yang dingin, serius, dan... anti sosial! Semua demi warisan dan kursi tertinggi di Pratama Corp.
Pernikahan mereka bukan karena cinta, tapi juga bukan sekadar formalitas. Di balik kesepakatan awal dan kepribadian yang bertolak belakang, mereka mencoba menjalani peran baru sebagai pasangan suami istri yang sesungguhnya.
Pertengkaran kecil, sindiran diam-diam, dan kehangatan yang perlahan tumbuh di antara mereka, membuat batas antara kewajiban dan perasaan menjadi kabur. Di rumah sebesar istana dan dalam dunia penuh ambisi, bisakah dua hati yang berbeda tetap melangkah di jalan yang sama?