1 part Ongoing PROLOG - Kilometer Terakhir
Dalam dunia yang dipenuhi suara mesin dan aspal panas, nama Samudra Basava Arkatama berdiri sebagai batas yang tak tersentuh. Ia bukan ketua Ravioska, tapi anggota paling dipercaya-bayangan di garis depan. Ia tak pernah gagal, tak pernah kalah, dan tak pernah tersalip.
Kecepatannya jadi cerita yang tak pernah padam. Dalam pertarungan, ia menang dengan ketenangan yang membuat lawan gemetar. Ia jarang bicara, jarang tersenyum. Hidupnya sunyi, dan hanya dua perempuan pernah menembus pertahanannya: ibunya dan sahabat kecil yang hilang. Selain itu, dunia perempuan baginya hanyalah jarak yang aman.
Pagi di SMA Angkasa berjalan biasa. Di tengah keramaian, hadir sosok baru: Aletha Xaviera Levannia. Lembut, tenang, seolah dunia melambat di sekitarnya. Ia memegang map erat, menyembunyikan ragu yang nyaris tak terlihat.
Pertemuan mereka terjadi dengan cara sederhana.
Samudra baru tiba; motor hitamnya melaju pelan, membuat kerumunan membuka jalan. Pada saat yang sama, angin menerbangkan lembar-lembar kertas dari map Aletha.
Refleks, Samudra menangkap salah satunya-cepat dan presisi. Aletha mengambil lembar lain, dan ketika ia mengangkat wajah, tatapan mereka bertemu.
Sesaat singkat, namun lembut.
Untuk sesaat, dunia seakan berhenti bergerak. Samudra, yang tidak pernah memperhatikan perempuan mana pun selain dua yang pernah ada di hidupnya, tanpa sadar menahan langkah. Ada sesuatu dari cara Aletha berdiri-tenang, sederhana, namun tulus-yang membuatnya melihat sedikit lebih lama dari yang ia izinkan.
Aletha menerima kertas itu lagi tanpa kata. Hanya isyarat kecil yang meninggalkan jejak manis-tarikan halus yang sulit dijelaskan.
Tidak ada sapaan.
Tidak ada perkenalan.
Tidak ada alasan apa pun.
Namun momen singkat itu cukup meninggalkan sesuatu yang nyata-tarikan samar yang perlahan menggerakkan takdir.
Hari itu, tanpa mereka sadari, adalah awal dari perjalanan yang jauh lebih dalam dari yang pernah mereka bayangkan.