Empat remaja laki-laki-Aghatias, Auriga, Sagaras, dan Rui-yang awalnya saling asing tiba-tiba harus tinggal bersama di satu rumah peninggalan orang tua mereka. Meski terikat jalur keluarga yang rumit, keempatnya punya satu kesamaan: sama-sama kesepian dan sedang mencari arah hidup.
Di tengah urusan sekolah, tugas praktik, cinta monyet, dan tagihan listrik yang sering telat bayar, mereka belajar bahwa "keluarga" nggak selalu soal darah. Kadang, justru lewat baku hantam rebutan odol atau begadang bareng bikin tugas, persaudaraan itu tumbuh diam-diam.
Di bawah atap yang sama, mereka mulai mengurai luka masa lalu, saling menertawakan kekonyolan sehari-hari, dan menyadari... rumah itu bukan cuma tempat pulang, tapi tempat tumbuh.
Mereka tidak tau rasanya dicintai dengan tulus, berkumpul dengan anggota keluarga yang lengkap, dan bercerita betapa sulitnya tugas sekolah pada orang tua.
Mereka hanya ingin mengisi kekosongan dengan bersenang-senang dan melanggar aturan. Tapi ruang hampa itu tetap tidak terisi sedikitpun.
Mereka dipertemukan, lalu saling memberi kasih sayang juga cinta yang tidak didapatkan sebelumnya. Sedikit demi sedikit ruang hampa itu terisi dengan perasaan hangat dan juga saling membutuhkan satu sama lain.