Story cover for Lupa Sebelum Lahir by nox_sira
Lupa Sebelum Lahir
  • WpView
    Reads 22
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 5
  • WpView
    Reads 22
  • WpVote
    Votes 2
  • WpPart
    Parts 5
Ongoing, First published Jun 12
Ia tumbuh dalam ruang kosong yang ia isi sendiri-
dengan suara ibu yang tak pernah ada,
pelukan yang cuma angin,
dan tawa yang tak pernah bergema.

Setiap malam, ia berbicara dengan teman-teman yang hanya ia lihat.
Dan setiap pagi, ia lupa semuanya.
Termasuk dirinya sendiri.

Baginya, kesepian terlalu tajam untuk dihadapi,
jadi ia menciptakan dunia di mana ia dicintai-
oleh orang-orang yang tidak pernah ada.

Tapi kenyataan tidak bisa dibunuh.
Hanya ditunda.

Dan ketika ilusi tak lagi cukup untuk menghangatkan malamnya,
ia sadar...
ia sendirian. Dan selalu sendirian.

Ini bukan tentang gila.
Ini tentang bertahan.

Sampai akhirnya,
mimpi itu mulai pecah-
dan Eira harus memilih:
bangun, atau mengulang dari awal... selamanya.
All Rights Reserved
Sign up to add Lupa Sebelum Lahir to your library and receive updates
or
#5fiksirealistis
Content Guidelines
You may also like
Puing luka by ummy12
24 parts Complete
"Malam itu menjadi awal dari mimpi buruk yang tak pernah ia bayangkan." Aluna kehilangan segalanya dalam satu malam-rasa aman, harga diri, dan harapan. Ia hancur oleh luka yang tak terlihat mata, tapi mengoyak jiwanya habis-habisan. Kehamilan yang datang dari pemerkosaan membuatnya ingin menyerah. Namun dalam reruntuhan hidupnya, ada dua hal yang terus menahannya agar tetap berdiri: keluarga yang tak pernah berhenti mencintai, dan janin kecil dalam rahimnya yang menjadi alasan untuk bertahan. Sejak itu, Aluna membenci laki-laki. Ketakutannya begitu dalam, hingga setiap tatapan dan suara laki-laki bisa membuat tubuhnya gemetar. Tapi ia tidak bisa menolak kehadiran laki-laki itu-sosok yang bertanggung jawab, yang tak pernah pergi, yang terus mengirim bunga, hadiah, dan surat-surat haru berisi penyesalan serta doa. "Aku tahu aku tak bisa menghapus malam itu. Tapi setiap langkah yang kamu ambil hari ini, adalah langkah keberanian luar biasa. Kamu tidak sendirian." - A. Hari demi hari, tembok kebekuan di hati Aluna mulai retak. Bukan karena dia lupa, bukan karena dia memaafkan dengan mudah, tapi karena perlahan, ia mulai membuka diri terhadap kemungkinan: bahwa tidak semua luka harus berdarah selamanya. Akankah Aluna mampu menghadapi masa lalunya? Mampukah ia membiarkan seseorang masuk ke dalam hidupnya lagi-meski dari kejauhan? Sebuah kisah tentang luka, keberanian, dan cinta yang lahir dari kehancuran. Untukmu yang sedang berjuang: kamu tidak sendirian.
You may also like
Slide 1 of 9
JANJI TANPA SUARA  cover
Eclipsed (Hitam Tidak Sama Dengan Putih) cover
Cover Me🕊️ cover
Elira, yang Tak Pernah Dipanggil Pulang  cover
Puing luka cover
Dalam Diam, Aku bertahan cover
IMPIAN YANG LENYAP  cover
Andira [End]  cover
Waktu?  cover

JANJI TANPA SUARA

11 parts Complete

zayyan tumbuh di rumah besar yang sunyi bukan karena tak ada suara, tapi karena suara yang ada selalu berisi teriakan dan pertengkaran. ayah dan ibunya tidak pernah bercerai, tapi hampir setiap hari adalah perang dingin yang memekakkan di balik wajah datarnya dan sikap acuhnya yang sering di salah artikan, zayyan menyimpan luka : trauma melihat keluarganya perlahan dan sedikit demi sedikit menjadi bangunan hancur Zahira berbeda. ia hampir tak pernah bicara, bukan karena tidak bisa, tapi karena takut. dulu ketika kecil, ia pernah di culik oleh pamannya sendiri karena mempunyai kemampuan melihat sosok gaib. ia tumbuh sebagai gadis yang pemalu, tertutup dan penuh kecemasan. ia merasa lebih nyaman di balik buku gambar dan menuliskan diary dari pada di antara keramaian ketika dua jiwa penuh luka bertemu, tak ada janji yang di buat. hanya tatapan yang saling mengenali rasa sakit. tanpa suara,tanpa tuntunan mereka mulai belajar : bahwa terkadang, yang paling menyembuhkan bukan kata - kata, tapi keberadaan yang jujur dan sederhana janji tanpa suara adalah kisah tentang trauma yang diwariskan dalam diam, tentang keberanian untuk mempercayai lagi, dan tentang cinta yang tumbuh perlahan bukan untuk menyempurnakan, tapi untuk saling menerima kekurangan