"Beberapa kata tidak ditulis untuk dikagumi, tapi untuk mengguncang. Dan gadis itu... menulis seperti sedang bertaruh dengan nyawanya sendiri."
Alin Ananda tak pernah benar-benar hadir di dunia ini. Ia hanya melintas-seperti bayang, seperti puisi yang ditinggal pembacanya sebelum selesai.
Ia hidup dalam sunyi yang dipilih sendiri, dalam lembar-lembar puisi yang terlalu berani untuk disebut fiksi.
Sampai sore hujan itu mempertemukannya dengan Abi Arkana: laki-laki yang percaya bahwa perempuan bisa dibaca seperti buku, dan Alin hanyalah satu bab yang perlu diselami.
Lalu ada Ali-sahabat lama yang tidak pernah masuk ke dalam, hanya berdiri di ambang pintu, menunggu kata "izinkan" yang tak pernah datang.
Semua bermula dari tulisan.
Tapi berubah menjadi ancaman.
📩 Sebuah email datang, dingin dan tak bernama.
🗝️ Satu akun diretas, seolah kata-kata Alin harus dibungkam sebelum sampai.
Dan dari sanalah dunia mulai berubah-perlahan tapi pasti-dengan cara yang tak bisa dijelaskan oleh berita, hanya bisa dipahami oleh mereka yang pernah menulis dan merasa diawasi.
"Ia tidak sedang melawan. Ia hanya tidak ingin diam. Dan bagi sebagian orang, itu sudah cukup untuk dimusnahkan."
Langit tidak pernah salah. Tapi kadang, warnanya menyimpan pesan yang tak sempat dibaca manusia.
Dan langit di atas kepala Alin... tak lagi biru.
#PuisiYangDipenjara #RomansaDalamAncaman #LukaYangBersuara #SunyiYangDiawasi #LangitBiru
Kami berdua hanyalah manusia biasa, pendosa yang tidak punya pilihan selain bertahan dengan harapan kebahagiaan..
Ini adalah kisah hidup, yang sulit untuk difahami semua orang..
CERITA DEWASA 21+