Gaura Airistella pernah percaya, bahwa tidak semua pertemuan butuh akhir yang jelas.
Kadang, cukup dengan tahu seseorang pernah hadir di semesta kecilmu-dan rasanya nyata.
Elkan Rivandra bukan hujan deras yang datang tiba-tiba, tapi lebih seperti kabut pagi. Pelan, tenang, dan meninggalkan dingin setelahnya. Mereka pernah dekat, kemudian menjauh. Tapi, kedekatan itu... hanya untuk saling melepaskan dengan cara yang sunyi.
Lucu ya, betapa kata-kata bisa menggantung begitu lama, padahal yang mengucapkan... sudah berjalan entah kemana.
Kini Gaura berdamai dengan waktu. Ia tak lagi menunggu, tapi juga belum benar-benar melupakan. Karena beberapa nama... memang tinggal lebih lama, meski tak lagi disebutkan.
Ini bukan kisah cinta yang penuh pelukan dan tawa,
tapi tentang belajar mengenang, sebelum namanya benar-benar hilang.