Aza Calys Vellerie tak pernah menyangka bahwa masa lalu yang disembunyikan rapi oleh keluarganya akan menyeretnya kembali ke luka yang belum pernah benar-benar sembuh. Ia hanya gadis remaja yang hidup di antara bayang-bayang kembarannya, Noel, dan sosok-sosok lelaki yang kehadirannya menyisakan dilema lebih dari jawaban.
Harry Araz Verellian, dosen muda yang karismatik dan dingin, menyimpan rahasia kelam yang nyaris membunuhnya di masa lalu. Di balik ketenangannya, ia adalah pria dengan kendali luar biasa, hacker kelas tinggi yang telah mengamati Aza sejak lama... terlalu lama. Tapi Harry punya batas: ia menunggu Aza genap berusia tujuh belas tahun batas antara pelindung dan pecinta, antara kendali dan kegilaan.
Sementara itu, Fatharez Viero Mahadipa, adik tiri Harry, hidup dalam bayang-bayang sang kakak. Ia terlalu sadar akan kekurangannya, terlalu tunduk pada 'sempurna' yang dipaksakan sejak kecil. Namun Aza hadir membawa warna berbeda dan perlahan, Fathah mulai merasa... ingin menjadi cukup.
Lalu ada Noel, si kembar yang mencintai Aza lebih dari yang seharusnya. Bukan cinta yang salah, tapi terlalu dalam. Terlalu posesif. Terlalu cemburu pada siapa pun yang mampu menyentuh Aza lebih lembut daripada dirinya. Bahkan sahabatnya sendiri Nio.
Di antara hasrat yang ditekan, luka yang diwariskan, dan ketakutan yang disembunyikan... Aza berjalan di atas garis tipis, tak tahu siapa yang benar-benar melindunginya dan siapa yang akan menjatuhkannya lebih dalam.
"Karena terkadang, yang paling kau percaya bisa menjadi orang pertama yang melepaskanmu saat kau butuh digenggam."
Aqeela terlalu ribut untuk dunia Harry yang tenang.
Harry terlalu tenang untuk semesta Aqeela yang ramai.
Aqeela terbiasa menyembunyikan luka dengan tawanya yang keras namun nyatanya kepalanya terlalu berisik.
Harry terlalu diam, berpikir sebelum merasa dan menyimpan semuanya sendirian. Padahal nyatanya dia belum nemu orang yang bisa membuatnya buka suara.
Lalu takdir tanpa dipinta mempertemukan keduanya.
Aqeela dengan logikanya yang ajaib dan tawa tanpa aba-aba.
Harry dengan tatapan tenangnya yang selalu tahu kapan harus tinggal, bukan pergi.
Mereka gak nyari cinta.
Tapi pelan-pelan, mereka menemukan rumah-dalam bentuk yang paling tak terduga:
Saling melengkapi, tanpa harus berubah.