
Karaya Rahayu kehilangan sosok ibunya di usia yang terlalu muda untuk mengerti arti perpisahan. Sejak saat itu, dunia tak pernah benar-benar memeluknya lagi. Ia hanya memiliki ayahsatu-satunya tempat ia berpulang, meski tak selalu bisa mengerti seluruh luka di hati anak perempuannya. Tumbuh di lingkungan yang tak pernah memberinya ruang untuk bernapas, Karaya terbiasa berjalan dalam sunyi. Di sekolah, ia bukan hanya merasa sendiri, tapi juga menjadi sasaran dari kata-kata tajam dan tawa kejam yang mengikis perlahan kepercayaan dirinya. "Najis." "Jijik banget sih." Itu bukan hanya ejekan. Itu luka yang tertanam dalam. Karaya tak pernah membalas. Tidak karena ia lemah, tapi karena dunia telah terlalu keras bahkan sebelum ia belajar cara melawan. Ia memendam semuanya menyimpannya rapat dalam dada yang sesak oleh kenangan , dan karaya sadar dia hanya butuh ibu di samping nya .All Rights Reserved
1 part