Kisah mereka bermula di lorong-lorong SMA yang riuh, benih cinta tumbuh seiring tawa dan janji-janji masa depan. Yoo Jaeyi dan Woo Seulgi, dua nama yang terukir bersama, menemukan surga kecil mereka di sebuah apartemen mewah saat gerbang perkuliahan terbuka. Namun, gemerlap kota dan tuntutan ambisi, perlahan mengikis kehangatan yang dulu membara. Cinta mereka seperti bunga layu yang kehilangan sinarnya, terancam oleh kebosanan dan kesibukan.
Di tengah sunyi yang kian memekakkan, takdir menghempaskan mereka ke jurang kegelapan. Diagnosis itu datang bagai petir di siang bolong. Tumor otak. Tubuh Seulgi yang dulu lincah, kini perlahan terenggut oleh penyakit yang tak kenal ampun. Gejala-gejala mengerikan mulai muncul, bayang-bayang kematian menari di depan mata.
Jaeyi terperangkap antara penyesalan dan keputusasaan, berjuang melawan waktu. Di setiap sentuhan, di setiap pandangan, ia mencoba menghidupkan kembali bara cinta yang hampir padam. Apakah sentuhan terakhir Jaeyi cukup kuat untuk menembus kegelapan yang menyelimuti Seulgi? Atau akankah takdir memisahkan mereka, meninggalkan Jaeyi meratapi cinta yang tak sempat ia selamatkan? Dalam bayang-bayang penyakit yang menggerogoti, akankah ada secercah harapan untuk akhir yang bahagia, ataukah kisah mereka akan berakhir dalam kesunyian yang pilu?
Cerita ini terinspirasi dari Friendly Rivaly.
Sejak awal hubungan antara Jay dan juga Seulgi adalah sebuah hubungan yang rumit. Antara cinta, ambisi dan sebuah persaingan mengikat keduanya begitu erat. Mereka tidak tahu apa itu cinta, persaudaraan atau sebuah ikatan teman. Mereka dididik untuk menjadi unggul dan saling menjatuhkan tanpa tahu jika sebuah ikatan lain yang murni menyatukan keduanya.
Friendly Rivaly - JaeSeulgi.