Story cover for Ketika Waktu Menolak Lupa [HARQEEL] by Miuwayoo_
Ketika Waktu Menolak Lupa [HARQEEL]
  • WpView
    Reads 95
  • WpVote
    Votes 6
  • WpPart
    Parts 2
  • WpView
    Reads 95
  • WpVote
    Votes 6
  • WpPart
    Parts 2
Ongoing, First published Jun 22
Di Jalan Cemara Udang No. 17, Kelurahan Prawirotaman, Kecamatan Mergangsan, Yogyakarta.

Disebuah rumah Limasan yang sudah lama kosong dengan rumput ilalang yang tinggi, nyaris menutupi rumah dari jalanan dan entah sudah berapa puluh tahun ditinggalkan oleh pemiliknya.

 Nampak di jendela yang terbuka di sisi timur, diatas sebuah meja dengan debu pasir yang tebal, secarik kertas ditinggalkan.

Kertas yang menguning dengan sudut yang sudah termakan rayap, tinta yang memudar namun masih dapat terbaca setiap huruf yang tertulis disana.

"Jika aku tahu itu adalah hujan terakhir bersamamu, mungkin aku akan berlari menjemputmu dalam deras yang sama. Tapi manusia sering terlambat menyadari nilai dari hal yang paling mereka sayangi. Dan waktu... tak pernah mau memberi kesempatan kedua."

Entah sudah berapa lama kertas itu ada disana, atau  kepada siapa pesan tersebut tertuju. Yang jelas setiap goresan yang tertulis seolah melukiskan seseorang yang terjerat oleh penyesalan dan nestapa.

.....
All Rights Reserved
Sign up to add Ketika Waktu Menolak Lupa [HARQEEL] to your library and receive updates
or
#782harry
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
JEEVANA cover
Sugar Mommy?! (GxG) cover
Jenderal Tawanan Kaisar  cover
ASIMETRIS [NOMIN] cover
Little Dumplings cover
MENJADI SUGAR BABY cover
Second  cover
S2: After Engagement  cover
JENGGALA cover
OMEGA cover

JEEVANA

62 parts Ongoing

"Gue terpaksa nikah sama lo, demi bayi yang ada di perut lo." Kata-kata itu jatuh seperti pisau yang menancap tepat di hati Kiana Alisha. Pernikahan yang seharusnya menjadi momen bahagia, kini hanya terasa seperti hukuman. Ia tidak diinginkan. Bukan sebagai istri, bukan sebagai seseorang yang layak dicintai. Pria di hadapannya, sosok yang dingin dan kasar, menikahinya bukan karena cinta-hanya karena tanggung jawab, Tatapan matanya tajam, seolah berkata bahwa semua ini hanya sementara. Bahwa setelah bayi itu lahir, segalanya akan berakhir semuanya. Namun, takdir selalu punya cara untuk mempermainkan hati manusia. Dalam kebencian, mungkin terselip perasaan yang tak terduga?