
"Tolong jangan buat gue bingung sama semuanya, Ras". Devan memegang bahu Saras dengan erat. Menyelami pikirannya melalui mata yang saling menatap. "Gue pikir, ini akan baik-baik aja. Tapi hati gue hancurin semuanya, Dev!". Saras balas menatap Devan dengan dalam. Keduanya memilih untuk membiarkan waktu mengambil alih, melebur semua perasaan bingung yang tak menentu. ***** Devan menatap langit dengan perasaan bingung. Perkataan Saras dua hari lalu terus saja mengganggunya. Ia tak mungkin mengkhianati seseorang yang telah begitu percaya kepadanya. Ia masih memikirkan bagaimana caranya menghadapi ini semua. Menghadapi ribuan pertanyaan yang akan muncul nanti. Tentang hatinya, tentang hidupnya. "Aaarrrrgggghh...". Devan berteriak. Ia marah pada dirinya yang merasakan kenyamanan saat bersama Saras. Devan menatap nyalang pada jalanan. Kembali teringat pesan Andrean saat akan pergi. "Tapi sebelum gue pergi, gue mau minta satu hal." Saras menatapnya, dan Devan yang sedari tadi hanya diam pun mengangkat wajahnya. "Gue titip Saras ke lo, Van," kata Adrian, menoleh ke Devan. "Lo orang yang paling gue percaya." Devan tak langsung menjawab. "Gue tahu lo bisa jaga dia. Temenin dia, bahagiain dia, sebisanya." Andrean, sahabatnya. Orang yang mencintai Saras.All Rights Reserved
1 part