Bagi Rei, dunia adalah sebuah persamaan yang bisa diselesaikan. Hidupnya teratur, logis, dan steril-sebuah benteng yang ia bangun untuk mengubur duka masa lalunya setelah sebuah "reaksi kimia yang gagal total" merenggut ibunya. Laboratorium adalah kuilnya, dan keheningan adalah doanya. Ia adalah sistem tertutup yang sempurna.
Lalu, Ayla datang seperti sebuah reaksi yang tak terduga.
Dengan payung kuningnya yang menantang langit kelabu dan tawa yang bisa memecah keheningan paling pekat, Ayla adalah kekacauan. Ia adalah variabel yang tidak bisa diukur, anomali yang tidak bisa dijelaskan. Baginya, sains bukanlah tentang rumus yang kaku, melainkan tentang keajaiban, cerita, dan "diaduk dengan cinta".
Dipaksa menjadi partner dalam sebuah proyek ilmiah, dua dunia yang bertentangan ini bertumbukan. Logika Rei yang dingin diuji oleh empati Ayla yang hangat. Perisai hatinya yang beku mulai retak oleh senyumnya yang tak pernah padam.
Tapi di balik senyum ceria Ayla, ada sebuah rahasia. Sebuah kerapuhan yang ia sembunyikan di balik semangatnya yang membara, sebuah hitung mundur yang tak seorang pun tahu. Rei, sang ilmuwan yang terobsesi memecahkan setiap teka-teki, kini dihadapkan pada satu-satunya variabel yang paling penting dalam hidupnya-variabel yang mungkin akan hilang sebelum ia sempat memahaminya.
Karena dalam kimia cinta mereka, ada satu hukum yang tak terbantahkan: beberapa reaksi tidak dapat diubah.
Arisha Cantika tidak pernah membayangkan bahwa dia akan menyetujui keinginan dari cowok tengil yang suka mengganggunya itu. Entah ada setan apa yang membuat Risha setuju untuk menjadi pacar pura pura dari Fadhil Rashydan.
Semua itu bermula dari keinginan Fadhil untuk menghindari Calysta, adik kelas mereka yang suka banget nempel sama dia.
Supaya Risha mau menyetujui menjadi pacar bohongan nya, Fadhil sengaja menjanjikan Risha sesuatu, yaitu bahwa Fadhil berjanji setelah Calysta sudah tidak mengganggunya lagi maka kedepannya dia juga tidak akan mengganggu dan akan menjauhi Risha.
Namun, setelah semua sandiwara ini berakhir apakah masalah mereka akan selesai? Belum.
Masih ada satu urusan lagi di antara mereka.
Mampukah mereka menghilangkan segala gengsi yang ada untuk mengungkapkan satu satu nya masalah di hati mereka?