"𝘒𝘶𝘣𝘦𝘳𝘴𝘢𝘮𝘢𝘪 𝘬𝘢𝘶 𝘴𝘦𝘫𝘢𝘬 𝘩𝘢𝘮𝘱𝘢𝘳𝘢𝘯 𝘱𝘢𝘥𝘪, 𝘬𝘶𝘵𝘶𝘯𝘵𝘶𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘣𝘦𝘭𝘢𝘯𝘵𝘢𝘳𝘢, 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 𝘬𝘶𝘭𝘪𝘯𝘥𝘶𝘯𝘨𝘪 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘨𝘦𝘭𝘢𝘱 𝘣𝘢𝘩𝘢𝘳𝘪. 𝘒𝘦𝘱𝘶𝘭𝘢𝘶𝘢𝘯, 𝘵𝘶𝘭𝘪𝘱, 𝘮𝘢𝘵𝘢𝘩𝘢𝘳𝘪. 𝘉𝘢𝘨𝘪𝘬𝘶, 𝘬𝘢𝘶 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘥𝘢𝘳𝘪 𝘯𝘢𝘳𝘢𝘴𝘪 𝘥𝘢𝘯 𝘬𝘢𝘶 ... 𝘢𝘬𝘩𝘪𝘳𝘯𝘺𝘢 𝘬𝘢𝘶 𝘥𝘪 𝘴𝘪𝘯𝘪."
Bila manusia berbuat kejahatan, 𝘱𝘯𝘦𝘶𝘮𝘢-nya akan terkorosi dan akhirnya menjadi Umbra. Namun setiap perbuatan tidak berpengaruh apa-apa bagi Kelabu. Kelabu tidak akan jadi Umbra meskipun membunuh seluruh manusia. Begitu pula bila Kelabu berbuat sejuta kebaikan, 𝘱𝘯𝘦𝘶𝘮𝘢 mereka tetap abu-abu warnanya.
Perbuatan Kelabu bebas dari konsekuensi, tetapi Kelabu tidak mempunyai empati. Mereka yang berambut dan bermata abu-abu adalah makhluk yang murni bertindak dan berpikir tanpa hati.
Di Kepulauan yang terjamah penjajahan, di dunia tempat konsekuensi dan perbuatan hidup berdampingan, Kuswara menyaksikan perjalanan Lua menapaki kekelabuan yang kian menenggelamkan.
"𝘒𝘢𝘯, 𝘵𝘪𝘥𝘢𝘬 𝘢𝘥𝘢 𝘩𝘢𝘬𝘪𝘮 𝘺𝘢𝘯𝘨 𝘭𝘦𝘣𝘪𝘩 𝘢𝘥𝘪𝘭 𝘥𝘢𝘳𝘪𝘱𝘢𝘥𝘢 𝘬𝘢𝘶, 𝘒𝘦𝘭𝘢𝘣𝘶."
---
/* Tulisan ini seluruhnya murni karya fiksi dan berlatar di dunia fantasi. Adapun kesamaan nama, tempat, peristiwa, dan lain-lain tidak mencerminkan keberadaan aktualnya. Kebijaksanaan pembaca sangat diharapkan. */
// Ilustrasi Sampul: 'A landscape in the Dutch East Indies' oleh Raden Saleh
---
Irida kecil menganggap dirinya sebagai salah satu anggota keluarga di kediaman Marshy, walaupun ia tidak pernah melihat dirinya ada di album foto keluarga itu.
Memiliki seorang kakak manja yang mau segalanya, pekerjaannya hanya mengekori kegiatan-kegiatan kakaknya di rumah. Namun tidak di sekolah. Irida dilarang oleh kedua orangtuanya untuk keluar dari rumah.
Sebenarnya memiliki kehidupan yang seperti itu damai-damai saja baginya, hingga pada ulang tahun kakaknya yang ke-6.
Karena kakaknya menginginkan seorang kakak.
Beautiful cover by @shadriella! Go check out her works ✨
#50 in misteri 19/07/2020