Di Institut d'Arts Saint Helara, seni bukan sekadar lukisan di kanvas ia bernafas, berbohong, dan membunuh. Lilian Aruna tahu itu sejak ritual The Naming Rite mengubahnya menjadi Lilith Ravencroft, mengganti namanya dengan darah dan mantra. Tapi saat ia menemukan lukisan tersembunyi di ruang bawah tanah perpustakaan, wajah di dalamnya mulai berubah perlahan mencuri fitur wajahnya, memakan ingatannya, dan menyisakan catatan di jurnal yang tak ia ingat pernah menulis.
Kampus ini menyimpan rahasia kotor: mahasiswa-mahasiswa jenius yang lenyap tanpa jejak, meninggalkan hanya kode "Subject 213/07" di balik karya mereka; dosen karismatik yang bicara tentang seni abadi, tapi matanya selalu menatap terlalu lama ke arah murid perempuannya; dan teman sekamar yang tiba-tiba tak ingat warna kesukaannya sendiri.
Lilith harus memutuskan apakah ia akan melawan sebelum lukisan itu menyelesaikan wajah barunya, atau membiarkan dirinya menjadi mahakarya terindah Professor Marcelle: sebuah potret tanpa identitas, abadi dalam bingkai keabadian yang palsu.
"Kau pikir ini hanya eksperimen seni?" bisik suara dari dalam lukisan itu saat tengah malam.
"Ini pembunuhan dengan kuas sebagai pisau, dan namamu sebagai korban pertamanya."
"Kadang, untuk menciptakan mahakarya, seseorang harus dihancurkan dulu."
- Professor Elar Marcelle
Georgio Cassano adalah antagonis paling menyedihkan yang pernah Selin baca. Dimana sedari kecil dia tidak pernah mendapat perhatian keluarganya,cinta pertamanya malah menikah dengan rivalnya, dan istrinya berselingkuh. Sang Antagonis mendapat akhir trangis, Perusahaan yang dibangun dengan hasil kerja kerasnya sendiri bangkrut, dan dia meninggal dibunuh protagonis pria.
"Andai saja aku yang menjadi istri antagonis. Pasti aku akan membuat dia bahagia." Kata-kata yang diucapkan Selin malah membuatnya memasuki tubuh Cassandra, istri antagonis.
Hari baru, Carita baru.