Geisha di Uji, 1978: Sebuah Kisah tentang Teh dan Pilihan

Di tengah hamparan hijau perkebunan teh yang menghampar luas di kaki bukit, tersembunyi
sebuah desa tua bernama Uji. Udara di sana selalu membawa aroma khas teh hijau, bercampur
dengan kelembapan tanah dan bisikan angin yang melintasi Sungai Uji (宇治川, Uji-gawa)
yang mengalir tenang. Pada tahun 1978, ketika Jepang bergerak cepat menuju era
modernisasi, Uji bagaikan sebuah lukisan kuno yang masih bernapas, menjaga erat tradisi yang
telah berabad-abad lamanya.
Namun, bahkan di sudut paling damai sekalipun, perubahan adalah keniscayaan. Di sanalah
Yuka, seorang gadis berusia delapan belas tahun dengan seragam sailor fuku dan sorot mata
yang penuh tanya, mendapati dirinya berdiri di persimpangan. Di satu sisi, ada dunia ibunya,
Mei, seorang geisha anggun yang setiap gerakannya adalah puisi, setiap kimono yang
disiapkannya adalah kisah. Dunia yang kental dengan upacara teh, alunan shamisen, dan
keanggunan yang diwariskan dari generasi ke generasi. Ini adalah akar Yuka, sebuah warisan
yang mendalam.
Di sisi lain, ada bisikan dari luar Uji-dari teman-temannya yang mulai berbicara tentang Kyoto
yang gemerlap, Tokyo yang riuh, musik rock, dan pekerjaan di pabrik-pabrik modern. Sebuah
dunia baru yang menjanjikan kebebasan dan pengalaman yang belum pernah terbayangkan.
Novel ini adalah kisah Yuka, seorang gadis di ambang dewasa, yang harus menemukan
jalannya sendiri di antara dua dunia yang begitu berbeda. Akankah ia memilih untuk tetap
memeluk erat tradisi yang telah membentuknya, atau akankah ia melebarkan sayapnya menuju
masa depan yang tak terduga? Di tengah aroma teh Uji dan gemerlap kimono, Yuka akan
menemukan bahwa kekuatan sejati bukan hanya pada pilihan yang ia buat, tetapi pada
bagaimana ia merangkul setiap bagian dari dirinya.