Seni adalah sesuatu yang indah. Katanya? Benarkah? Atau hanya berupa kiasan penutup hal penuh derita agar terlihat menawan. Ini adalah serenade pilu tentang sebuah kisah yang tak sempat selesai. Diantara denting musik yang memenuhi ruang seni, ada terselip langkah seseorang yang memiliki gerak seanggun desir angin di ujung senja, dan tertaut oleh penjaga nada yang gemar menyulam irama sehingga berlabuh pada sebuah wirasa.
Semburat luka yang kian merebah makin parah, hanya mampu tertutup indah lewat senyum. Mata yang tak akan pernah lepas untuk selalu mengagumi, begitu indah, dan tentu begitu memukau untuk bisa dimiliki. Bak menemukan nada yang tak pernah di temui sebelumnya, lantunan indah bersanding dengan langkah ringan diantara keramik putih yang dipijak bersama. Sapa singkat dalam pertemuan pertama tak pernah terpikir untuk tertera dalam sebuah takdir.
Diantara untaian gerakan dan irama, kombinasi itu akhirnya terputus oleh duri tajam tak kasat mata. Sebuah jarak menghilangkan rangkaian asa penuh warna, meninggalkan ruang kosong penuh kenangan cerita. Geraknya masih ada, masih sama, hanya lebih pilu. Namun yang cukup terasa, iramanya tak pernah selesai atau bahkan tak pernah sampai dititik akhir. Bumi tentunya tak pernah berhenti untuk terus berputar pada porosnya. Tak pernah disangka nada-nada itu kembali datang dengan rasa yang berbeda, lebih indah, gerakan kemarin tentunya masih menginginkan nada itu untuk kembali bersama.
Namun akankah sebuah gerak itu menemukan akhir dari nadanya yang sempat hilang? Atau akan tetap pada gerak hampa pada ruang kosong yang ditinggalkan? Atau justru kali ini gerakan ini akan hilang meninggalkan nada indah itu untuk bersinar sendiri.
~ Dhafmnyf ~
Nala, 24 tahun. Gadis manis asli Jawa yang hidup sendirian di rumah sederhana dekat tempatnya bekerja. Gadis yang ramah dan mudah bersosialisasi dengan teman kerjanya. Semua berjalan baik seperti biasa, sampai Dia menyadari, ada sosok yang mulai memperhatikannya dalam diam. Sosok yang tidak pernah Nala bayangkan, akan sedalam ini menaruh atensi padanya.
Begitupun dengan lelaki dewasa usia 32 tahun ini. Namanya Sada, orangnya diam, diam yang benar-benar pendiam. Gak suka nyinyir, tenang, kalem, gentle men dan berwibawa. Membuat orang yang melihatnya segan. Siapa yang tahu, lelaki se datar ini bakal jatuh hati pada cewek cheerfull dan friendly seperti Nala? Sampai sahabatnya, Brian tidak percaya fakta ini.
Seperti apa kisah Gen Z x Gen Millenial ini? Terlalu banyak perbedaan diantara mereka. Apakah Sada, om-om loyal tapi pendiam ini dapat mendobrak hati seorang Nala, si gadis manis penuh ekspresi?
Starting with Park Sungjin as Sadana Pradipta and Nala Lesthia