Namaku Luna Mirelle.
Aku pernah menjadi milik pria yang mencintaiku seperti perang - tidak pernah lembut, tidak pernah damai, tapi selalu membakar.
Dia bilang aku miliknya. Bahwa tubuhku, suaraku, bahkan ketakutanku... adalah bagian dari haknya.
Tapi tidak pernah ada ruang bagiku untuk bernapas. Hanya dinding sunyi dan tatapan yang membuatku lupa siapa aku.
Aku berusaha melarikan diri. Tapi setiap langkahku tetap mengarah ke tempat di mana namanya tertanam paling dalam.
𝘒𝘢𝘻𝘶𝘮𝘢.
Adalah rumah yang terbakar.
Dan aku adalah gadis yang berdiri terlalu lama di dalamnya.
Awal bertemu dengannya. Rasa hati yang muncul di permukaan terasa aneh. Terasa menggelitik membuat geli, saat mata ini menatap kagum ke arahnya.
Aku mencintainya dalam pandangan pertama kami-
Tuhan, aku mencintainya tanpa sengaja...
Tapi bagaimana caranya mencintai seseorang yang mengulurkan pelukan dengan satu tangan, dan membekapmu dengan tangan lainnya?
Kisah kami tidak pernah tentang bahagia.
Tidak ada pelangi. Tidak ada janji manis. Hanya luka yang saling memeluk, dan dua hati yang terus menolak sembuh.
Ini tentu bukan akhir dari kami. Bahkan untuk terikat dengan benang merah- kata itu terdengar tak mungkin.
Karena kami hanya dua jiwa yang sama rusak, namun enggan untuk pergi.
Aku masih mencintainya. Tapi kali ini, aku memilih mencintai diriku sendiri duluan.