"Gak maksa kok, kalau gak mau. Aku juga gamau kalau kamu harus nyakitin aku. " Ucap Asyel sambil meninggalkan
Untuk kamu yang ingin bahagia,
tapi masih setia memupuk luka,
kau bilang ingin melangkah ke cahaya,
namun kakimu tak pernah benar-benar rela.
Untuk kamu yang ingin lupa,
tapi terlalu sibuk merawat nestapa,
kau peluk kenangan sekuat tenaga,
hingga yang mendekat ikut terluka.
Untuk kamu yang merasa tak ada yang benar-benar bisa tinggal,
mungkin bukan mereka yang selalu salah langkah dan gagal,
tapi hatimu sendiri yang belum selesai berbenah dari segala hal,
hingga semua yang datang... selalu terasa kurang dan tak ideal.
Dua tahun lalu...
Aku pernah tenggelam dalam luka yang tak ada ujungnya,
mencoba sembuh tapi selalu gagal karena masih berharap padanya,
menyebut diri kuat padahal masih tersiksa,
tersenyum pada dunia padahal hati tak pernah benar-benar lega.
Namun waktu, bagaimanapun pelannya, tetap bekerja,
dan aku perlahan kembali berdiri meski tanpa siapa-siapa,
belajar tertawa lagi walau tak seceria dulu rasanya,
hingga suatu hari... aku kembali jatuh cinta.
Bukan pada yang manis atau penuh kata,
tapi pada seseorang yang dinginnya melebihi cuaca,
cueknya seperti kulkas dua pintu yang tak pernah menyapa,
dan anehnya... aku mengenalnya lewat arah yang tak kusangka.
Dunia memang pandai menertawakan rencana,
saat aku pikir hati ini telah bebas dari luka,
ternyata masih ada yang bisa membuatnya berdebar tanpa aba-aba,
dan anehnya... justru pada seseorang yang tak peduli aku ada.
FOLLOW DULU SEBELUM BACA 🥰
Di bawah langit malam yang sepi, seorang balita kecil menatap bulan dengan mata basah. Wajah putihnya tertutupi debu jalanan, mata jernihnya menatap cahaya rembulan.
.
"Aila nda minta di lahilkan..." bisiknya lirih.
.
"Aila ingin punya olang tua... tenapa hanya Aila yang nda punya olang tua..."
______
Hanya suara hati yang terdengar, tenggelam di antara dinginnya malam dan bintang yang bertaburan.
.
Ketika sebuah bintang jatuh melintasi langit, Aila menutup mata kecilnya rapat-rapat.
.
Mungkinkah harapannya terkabul-mendapatkan sebuah pelukan hangat dan sepasang orang tua yang bisa menyebut namanya?
.
Atau justru takdir kembali menguji balita kecil itu dengan kesepian yang lebih dalam?