Ciwa tahu Garma menyakitinya-secara sikap, secara emosional. Tapi ia juga tahu hanya Garma yang pernah begitu hadir dan 'mengerti' dirinya. Begitu juga Garma: ia tahu ia bersikap kasar atau posesif, tapi dalam pikirannya, hanya dia yang bisa menjaga Ciwa. Jadi mereka saling terikat dalam cinta yang intens tapi juga memenjarakan.
"Kamu cuma punya aku, Ciwa. Dan itu cukup."
Begitu kata Garma Atmaif-sosok yang mencintai dengan caranya sendiri: tajam, mendalam, dan kadang menyakitkan. Baginya, Ciwa Restana adalah segalanya. Ia ingin menjaga, tapi seringkali tak sadar bahwa caranya justru melukai.
Bagi Ciwa, Garma adalah tempat ia kembali, dan sekaligus tempat ia hilang arah.
Awalnya hanya pelukan, ciuman sesaat, kalimat-kalimat penuh janji. Tapi perlahan, cinta itu berubah bentuk, menjadi ketergantungan, menjadi penjara yang dipoles dengan perhatian.
Mereka saling mencintai. Tapi juga saling menyiksa.
Kita terjebak tapi menolak bebas, karena lebih menakutkan hidup tanpa satu sama lain, daripada terus saling menyakiti.
Ciwa tahu, ia butuh Garma. Tapi ia juga tahu, Garma adalah luka yang tak kunjung sembuh.
Jangan plagiat.
Warning!!
18+ dan kekerasan
Jangan lupa memberi komenan dan vote ya! Terimakasih banyak.