Catriona Mairi Stuart tidak pernah bermimpi akan jatuh cinta pada seorang pesepak bola. Sebagai diplomat muda asal Skotlandia yang ditugaskan di Austria, hidupnya dipenuhi protokol, perjanjian lintas negara, dan kesunyian yang tertata rapi.
Sementara Max Johnston, striker andalan Sturm Graz, terbiasa dengan kebisingan stadion, sorakan penonton, dan hidup yang mengalir cepat dari satu pertandingan ke pertandingan berikutnya.
Mereka berasal dari dua dunia yang nyaris tak pernah bersinggungan-sampai satu sore di Graz, ketika kopi tumpah, kursi galeri seni kosong, dan percakapan tak terduga mengubah segalanya.
Di antara negosiasi politik dan musim sepak bola yang padat, cinta tumbuh diam-diam. Tak megah, tak gempita-tapi penuh keberanian.
Dan dari cinta itulah, lahirlah Daviana Maezie Johnston-putri kecil mereka yang menjadi pusat semesta, alasan untuk pulang, dan jembatan yang mengikat dua dunia yang awalnya tak pernah saling mencari.
"Where Hearts Belong" adalah kisah tentang rumah, bukan sebagai tempat... tapi sebagai seseorang.
Tentang dua hati yang saling bertemu di tengah keramaian dunia.
Dan tentang satu gadis kecil yang membuat segalanya berarti.
Layaknya sebuah simfoni yang rumit namun selaras, jiwa Bhadrika dan Tavisha mengalun indah melalui untaian kisah yang manis.
Tayangan acak di Youtube menjadi langkah awal Tavisha mengenal sosok Bhadrika. Rasa kagum, hati yang berbedar, dan senyum yang mengembang muncul begitu saja hanya karena membaca namanya, mendengar suaranya, dan melihatnya lewat gambar. Sejalan dengan itu, harapan pun tumbuh seiring dengan do'a yang dipanjatkan. Meskipun logikanya seringkali menentang. Karena sosok Bhadrika bukanlah sosok yang biasa.
Bhadrika adalah seorang laki-laki yang memiliki latar belakang keluarga, pendidikan, karir, dan relasi yang luar biasa hebat. Masyarakat bahkan menyematkan panggilan: mas-mas Jawa premium untuk sosoknya.
Gelar dan amanah yang di emban Bhadrika sejak usianya genap 24 tahun itu membuatnya perlahan mulai kehilangan sosok dirinya sebelum naik tahta. Pertemuannya dengan Tavisha di ruang kerjanya siang hari itu, obrolan singkat mereka, gestur tubuh perempuan itu, tanpa sadar menarik Bhadrika untuk jatuh ke dalam pesona perempuan itu yang mampu membuatnya meraih rasa rileks dengan mudah. Namun Bhadrika tahu, Tavisha juga tahu, jika semuanya tidak akan semudah itu.