Dulu, Evan Wiratama pernah main masak-masakan bareng tetangganya yang bencong. Sekarang? Tetangganya itu, Marshal Widianto, tumbuh jadi sekretaris OSIS paling sassy, paling nyolot, dan paling bikin jantungnya mau copot-baik karena kesel... maupun hal lain yang nggak boleh dia akui.
Sebagai cowok populer, jago basket, dan punya ego sekeras dumbbell 50 kilo, Evan harus mempertahankan image sempurnanya di depan dunia. Masalahnya, Marshal nggak pernah peduli sama image siapa pun. Dia berdiri di koridor dengan eyeliner beleber dan highlighter murahan, sambil bilang, "Ngapain sih lo lihatin gue terus, Van? Naksir?"
Dan Evan benci banget.
Ego, denial, dan standar maskulinitas bikin semuanya jadi medan perang.
Dari kerja bareng OSIS, saling ngata-ngatain, saling cemburu, sampai adu jotos sama pacar baru Marshal-Evan perlahan sadar... mungkin dia nggak "normal", atau mungkin... Marshal memang ditakdirkan buat ngacak-ngacak hidupnya.
Apakah mereka emang Fated dari kecil-buat jatuh cinta, atau buat saling benci sampai mati?
Notes: Cerita ini hanyalah fiksi belaka, kesamaan nama dan setting merupakan sebuah ketidaksengajaan dalam penulisan cerita. Cerita ini mengandung unsur yang mungkin membuat tidak nyaman untuk beberapa pembaca, dimohon bijak dalam memilih bacaan.
Zevanya memang ingin memiliki kakak laki-laki karena dia anak tunggal satu-satunya, gambaran kakak laki-laki yang baik, perhatian dan tampan adalah impiannya.
Lalu, permintaan itu di kabulkan.
Tiga kakak laki-laki sekaligus yang amat berbeda kepribadian.
Kaizar yang datar dan tenang
River yang perhatian dan lembut
Sedangkan Jayden yang cerewet dan ceria.
Ini lebih seperti kedamaian hilang dalam hidupnya.