Baswara Senandika

Setelah kepergian Sankara, Mikala pergi sebagai relawan ke desa terpencil, tempat tunangannya dulu mengabdikan hidup. Ia datang bukan hanya untuk menepati janji, tapi juga untuk menyelesaikan proyek yang belum sempat selesai. Perlahan, ia mencoba mewujudkan impian lelaki itu dengan tangannya sendiri.

Di sana, ia bertemu Raspati, relawan lama yang sudah mengenal medan, warga, dan jejak-jejak Sankara lebih dari siapa pun. Bersama Raspati, Mikala mulai membuka ulang catatan-catatan yang ditinggalkan Sankara. Sketsa yang nyaris usang, peta aliran air yang tak selesai, dan mimpi yang hampir dilupakan.

"Aku mau bantu," ucap Mikala tiba-tiba. "Kalau sketsa ini masih bisa dipakai, dan masih ada orang yang mau ngerjain, aku mau terusin."

Raspati menatap Mikala lama. Mata mereka bertemu untuk pertama kalinya tanpa canggung atau jarak.

"Kamu yakin?"

"Nggak," jawab Mikala jujur. "Tapi aku tahu, ini bukan cuma soal air, ini soal janji yang belum sempat ditepati."

Tapi semakin jauh Mikala melangkah, ia mulai sadar. Kepergian Sankara meninggalkan lebih dari sekadar duka, ada impian yang belum utuh, ada janji yang belum sempat ditepati, dan ada kebenaran yang mungkin tak semua orang ingin ia temukan.