Cinta Sonya dan Lookmhe tumbuh di tanah yang retak-indah tapi berbahaya. Sonya mencinta seperti api: hangat, lalu membakar. Lookmhe hanya ingin tenang, tapi dijadikan tawanan dalam sangkar bernama cinta.
Ketika rasa memiliki berubah menjadi obsesi, dan cemburu menjadi senjata, cinta mereka tak lagi tentang dua hati-melainkan satu jiwa yang menuntut, dan satu jiwa yang perlahan terkikis.
Sampai akhirnya, ancaman berubah jadi darah. Sonya mencoba mengakhiri hidupnya, bukan karena ingin mati, tapi karena tak bisa menerima ditinggal. Dan Lookmhe pun makin tenggelam dalam rasa bersalah yang tak pernah ia pilih.