Selalu ada satu tempat tersisa untuk jiwa yang paling merindukan rumah.
Ada yang lebih buruk daripada ketinggalan bus terakhir di malam takbiran. Yaitu ketika sebuah bus lain-tua, tanpa nama, dan muncul dari kegelapan-datang untuk menjemputmu.
Bagi Restu, kerinduan pada Ibu di kampung halaman mengalahkan semua pertanda bahaya. Di tengah keputusasaan, ia melangkah naik ke dalam bus misterius itu. Kondekturnya pucat pasi dan membisu. Para penumpangnya duduk kaku dengan tatapan kosong, tidak bergerak seinci pun seolah mereka hanyalah manekin. Situasi yang dialaminya terasa seperti adegan pembuka dalam sebuah cerita horor Indonesia klasik, namun teror yang sesungguhnya baru saja dimulai.
Ketika bus tidak berhenti di terminal manapun dan terus melaju menembus kabut tebal di jalan yang tak ia kenali, Restu sadar ini bukan sekadar perjalanan pulang yang aneh. Ini adalah teror sunyi yang menjadi ciri khas cerita horor Indonesia yang paling mencekam, di mana setiap kilometer terasa semakin jauh dari dunia orang hidup.
Siapakah penumpang lain yang duduk diam membeku? Apa arti bau melati dan kamper yang anehnya memenuhi kabin? Dan yang terpenting, ke mana perhentian terakhir bus misterius ini?
Bersiaplah untuk sebuah cerita horor Indonesia yang akan membuatmu berpikir dua kali sebelum menaiki bus terakhir di malam hari. Karena terkadang, kursi kosong itu memang sengaja disediakan... untukmu.