DI AMBANG PINTU RUMAH KITA

Hari ini 17 tahun yang lalu saat Indri melangkah kepada kehidupannya yang menentukan dia pada masa yang tidak mudah ini.Masih terlintas bayangan hebat ketika dia dan kakaknya,Andri harus mencari pria yang saat ini masih menjadi suaminya yang sah.

Viky pemuda keturunan india yang menjalankan bisnis pabrik tekstil milik keluarganya di kota Solo.Hujan badai petir saat itu membawanya mengarungi tempat itu untuk meminta pertanggungjawaban atas perbuatan pria yang dia kira mengatasnamakan segalanya karena cinta.

Cinta bukanlah cinta yang harus setiap saat mengemis kepastian dan menuntut pertanggungjawaban bahkan sampai detik ini.

Pernikahan itu memang terjadi,tapi bukanlah menjadi awal dalam hal yang diharapkan membawa kebaikan.Masih teringat jelas bagaimana kakaknya berusaha mati-matian membela adiknya di mess pabrik itu,hingga tangannya bersimbah darah karena menghajar habis pria yang kini menjadi iparnya.

Tidak semestinya Indri mendapatkan perilaku itu,dan setelah berbuah maka secepatnya dia buang begitu saja seperti tidak mengingat yang sebelumnya terjadi.Apakah karena hanya anak orang biasa maka diperilakukan seperti sampah yang tidak berguna.

Memori itu terekam jelas saat Viky melalui asistennya menyodorkan uang 100 juta pada saat itu untuk mengugurkan kandungan Indri,karyawannya sendiri yang bekerja paruh waktu dengannya.