Saat hendak berbalik untuk pulang, tiba-tiba matanya menangkap cahaya kebiruan yang bergerak perlahan di antara pepohonan. Cahaya itu berkilau, mengambang, menari-nari, lalu melayang ke arah tanah.
"Apa itu capung? Tapi kenapa bercahaya?" batin Lara.
Penasaran, Lara mengikutinya. Ia berjalan pelan melewati rerumputan tinggi sampai cahaya itu melesat masuk ke dalam sebuah lubang kecil di tanah. Lara memperhatikan dari kejauhan, lalu perlahan menghampiri. Dan ternyata... lubang itu bukan satu-satunya.
Ia menghitung,
"Satu... dua... tiga... tujuh."
Tujuh lubang kecil, tertata rapi berukuran sebesar lubang botol. Berbentuk seperti sumur kecil. Masing-masing mengeluarkan cahaya berbeda: merah, jingga, kuning, hijau, biru, nila, dan ungu. Seperti warna pelangi. Tapi anehnya... cahaya itu datang dari dalam tanah.
Tyla, gadis cantik yang hidup sebatang kara setelah memilih keluar dari panti sejak usianya 19 tahun dan memilih hidup mandiri.
Tujuh tahun belakangan ini dirinya bekerja sebagai pelayan di berbagai restoran untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
Namun, siapa sangka selepas pulang kerja hari itu dirinya dibuat tak sadar kan diri akibat kelalaiannya menahan lapar. Di usianya yang ke 26 tahun dirinya dinyatakan meninggal dunia akibat maag.
Tapi bukannya ke akhirat jiwanya malah terdampar di tubuh seorang wanita yang sudah menikah.
Lantas apa yang harus dirinya lakukan?
Mampukah dirinya bertahan hidup di dunia yang sama sekali tak ia ketahui itu?
PART MASIH LENGKAP!
---
🔹Gimana? Penasaran? Yuk mampir kek lapak Mimo.
🔹 Cerita dengan konflik yang ringan
🔹 PLAGIARISME, DILARANG MENDEKAT!