Awan, tenang, penuh misteri dan sulit ditebak kemana arahnya akan pergi.
Aku, Indira, satu-satunya manusia yang ia kira bisa dipercaya. Perempuan yang ia pikir, tidak akan mampu menyakitinya, bahkan jika hanya segores saja.
Namun, aku pergi. Meninggalkan Awan dalam kesunyian yang kutahu tak pernah ia inginkan. Menusuknya lebih dalam dari luka yang pernah kusembuhkan.
Saat aku kembali, dengan kata yang tak sempat terucap, atau maaf yang datangnya terlambat. Ia memilih diam sebagai balasan. Menyisakan penyesalan yang tak bisa kusembuhkan.
Beberapa hal memang tidak pernah benar-benar selesai, atau mungkin tidak perlu diselesaikan.
Biarkan ia menggantung di sana sebagai bagian dari perjalanan.
Ketika Maaf Tak Lagi Cukup.
Maka, lewat bait-bait ini aku menyimpan penyesalan yang tak tersampaikan. Di antara halaman-halaman ini, aku memohon pengampunan, untuk sebuah kedamaian.