Story cover for Luka Yang Menyala - IDID ( End ) by mayyintjzz
Luka Yang Menyala - IDID ( End )
  • WpView
    Reads 1,629
  • WpVote
    Votes 311
  • WpPart
    Parts 33
  • WpView
    Reads 1,629
  • WpVote
    Votes 311
  • WpPart
    Parts 33
Ongoing, First published Jul 04
Tujuh siswa klub dokumentasi dari sekolah elit yang berbeda latar belakang tiba-tiba terseret ke dalam rangkaian peristiwa aneh dan mencekam. Mereka tidak tahu siapa yang bisa dipercaya, atau apakah mereka akan keluar dari semua ini dengan selamat baik secara fisik, maupun mental.

Suara-suara aneh di lorong sekolah.
Pilihan-pilihan ganjil yang harus diambil secara paksa.
Kenangan yang hilang.
Dan satu per satu... mereka mulai menyadari: ini bukan sekadar permainan.

Apa yang terjadi di balik dinding sekolah yang tampak biasa ini?
Apa sebenarnya tujuan dari semua kejadian aneh yang mereka alami?
Dan siapa dari mereka yang benar-benar tahu lebih banyak dari yang dikira?

Ketika rasa sakit bukan lagi sesuatu yang bisa dihindari mereka harus memutuskan:
melarikan diri, melawan... atau terbakar bersama luka yang tak pernah padam.


Start : Sabtu, 5 Juli 2025
Finish : Sabtu, 12 Juli 2025


Ini book idid yang keduaku, babnya lebih banyak dari book idid sebelumnya, tapi per bab isinya opkors masih pendek seperti biasanya karna " aku spesialis cerita pendek ( pake banget ) yang sekedipan tiba" udah slese ceritanya " 😇😇😇


Semoga kalian suka~~~
All Rights Reserved
Sign up to add Luka Yang Menyala - IDID ( End ) to your library and receive updates
or
#4jangyonghoon
Content Guidelines
You may also like
You may also like
Slide 1 of 10
ARTHEMYTH : The wolf, The curse, and The tears. cover
Rags & Riches💸 cover
HIS SECRET GAZE (Tatapan Rahasianya) cover
Transmigrasi Liana cover
Shadow in the Lab cover
SPION cover
FORBIDDEN BLOOM cover
Hello, Mr. Mafia! cover
PROBLEMATIC SEAN'S; "no one can touch me" cover
Be The Antagonist's Wife cover

ARTHEMYTH : The wolf, The curse, and The tears.

57 parts Ongoing

Tidak ada yang benar-benar hilang di hutan itu. Hanya tertelan. Dan menunggu ditemukan lagi dalam bentuk yang tak sama. Mereka bilang, setiap beberapa dekade, hutan membuka matanya. Ia lapar, menuntut upeti. Tapi bukan daging yang ia inginkan. Bukan tulang. Yang ia inginkan adalah sesuatu yang lebih lembut. Lebih hangat. Sesuatu yang masih bisa menjerit. Anak-anak. Gadis-gadis kecil. Anak laki-laki yang belum sempat bermimpi. Dan selalu ada seorang ibu. Seorang yang cukup hancur untuk menyerah. Cukup lelah untuk percaya bahwa mengorbankan satu bisa menyelamatkan yang lain. Cukup bodoh... atau cukup tahu, bahwa menolak berarti kehilangan semuanya. Mereka menyebutnya dongeng. Legenda tua untuk menakuti anak-anak. Tapi mereka lupa sesuatu yang penting. Dongeng tidak pernah lahir dari ketiadaan. Dongeng... adalah jejak darah yang disamarkan dengan puisi. Dan malam ini, seekor kambing hitam berjalan melewati pintu yang terbuka. Ia menoleh ke si ibu, dan berbisik: "Sudah waktunya."