
Sejak duduk bersebelahan bersama pria aneh dengan jaket kuning mencolok itu, perjalanan menuju rumah tak lagi damai seperti biasanya. Kini, aku harus berinteraksi dengan pria banyak tanya dan sok akrab itu. --- "Kamu ngga takut mati?" "Kenapa harus takut?" "Kamu ngga takut nanti meninggal sementara kamu belum jadi apa-apa?" "Kenapa harus takut?" "Udah dua kali kamu ngulang jawaban yang sama, Raf." "Ya iya. Kenapa harus takut? Toh, aku hidup bukan buat jadi apa-apa. Dunia ini, kan, cuma ujian yang menentukan kehidupan kita selanjutnya. Singkatnya, hidup ini sementara. Yang kekal itu kehidupan setelah kita mati." "Wahh... wah... ternyata kamu bijak juga. Raf Teguh, kah, ini?" "Berisik." "Kamu bener, Raf. Maka dari itu, dalam ujian hidup yang singkat ini, saya milih kamu sebagai soal yang akan saya hadapi." "H-hah?"All Rights Reserved
1 part